Sekolah Bukanlah Solusi Utama

Di masa-masa pandemi covid-19 ini , banyak sekali masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat, mulai dari banyaknya PHK di berbagai daerah terdampak, sekolah dari rumah , kuliah dari rumah , dan ancaman terbesar untuk Indonesia akibat pandemi covid-19 ini adalah krisis ekonomi yang besar akibat pandemi ini. Dengan anda tetap stay di rumah , work from home , stay at home anda sudah menjadi garda terdepan dalam pencegahan virus ini. Lalu pertanyaanya adalah kenapa anda tetap tinggal di rumah ?,kenapa anda tetap bekerja dari rumah ? , jawabanya tentu adalah karena anda telah mengetahui tentang bahayanya wabah tersebut , sehingga anda tetap tinggal di rumah sebagai upaya preventif terhadap virus corona ini. Beda dengan orang yang belum mengetahui tentang bahaya virus corona , orang yang belum mengetahui pasti akan tetap merasa bebas , biasa saja seolah-olah tidak ada yang berbahaya dikarenakan belum paham akan bahaya nya virus tersebut.
Berdasarkan persoalan tersebut , kita bisa melihat perbedaanya antara orang yang telah mengetahui dan yang belum mengetahui . Persoalan mengetahui dan belum mengetahui timbul dari pengetahuan yang dimiliki . Pengetahuan memang mayoritas di dapatkan dari bangku sekolah , namun sayangnya tidak semua orang yang bersekolah mendapatkan atau memiliki keterdidikan , sehingga sekolah bukanlah solusi utama. Berikut saya jelaskan argumentasinya.
Mengapa sekolah bukan solusi ?, sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut , saya akan mendifinisikan sekolah yang saya maksud. Sekolah yang dimaksud disini adalah pendidikan formal , mulai dari jenjang SD sampai perguruan tinggi. Atau jika kita merujuk pada KBBI sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran menurut tingkatannya, ada dasar, lanjutan, tinggi . Jadi yang dimaksud dari sekolah adalah pendidikan formal . Jika kita melihat kondisi saat ini sudah banyak sekali anak-anak , remaja , pemuda yang ber sekolah . Namun sayangnya masih ada kendala disamping sekolah yaitu , tidak semua orang memiliki atau mendapatkan yang namanya “keterdidikan” .
Kita bisa melihat kini banyak sekali orang yang bersekolah tinggi namun korupsi , banyak lulusan setingkat SMA atau SMK yang menganggur dan tidak melanjutkan kuliah , membludaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur, menganggap bahwa sekolah hanya sebatas pendidikan formal, sebatas pencetak faktor produksi atau untuk mendapat pekerjaan agar lebih mudah . Memang tidak ada yang salah apabila sekolah dijadikan sebagai pencetak faktor produksi atau untuk mendapat pekerjaan agar lebih mudah , namun , apabila tujuan itu menjadi tujuan utama tentulah itu tujuan yang kurang baik , karena tujuan dari sekolah adalah untuk mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya sehingga dengan pengetahuan tersebut dapat menghasilkan karya-karya yang bermanfaat untuk lingkungannya atau masyarakat sekitarnya, bukan untuk melatih manusia menjadi faktor produksi. Sehingga apabila sekolah hanya dijadikan sebatas pencetak atau pelatih faktor produksi maka hasilnya seperti tadi banyaknya pengangguran dikarenakan hanya mengandalkan ijazah dan tidak mampu menghasulkan karya atau mengabdikan pengetahuannya untuk lingkungan atau masyarakat.
Solusi dari problematika tersebut adalah “keterdidikan”. Semua orang bisa sekolah namun tidak semua orang mendapatkan atau memiliki keterdidikan , karena dengan keterdidikan setiap orang akan memiliki akhlak yang baik dan memiliki spirit, semangat, atau idealisme untuk mengabdikan dan mengamalkan pengetahuannya untuk lingkungan sekitarnya atau masyarakat sekitarnya. Karena bersekolah selain tujuannya mendapatkan pelatihan untuk menjadi faktor produksi tetapi juga tidak ketinggalan yaitu keterdidikan, sehingga sekolah tidak hanya sebatas pelatihan faktor produksi namun juga orang dapat terlatih untuk menjadi pemimpin masa depan. Untuk menjadi pemimpin masa depan tentulah wajib , harus memiliki yang namanya keterdidikan. Contohnya adalah para pemimpin atau intelektual yang kita kenal sekarang ialah beberapa contoh orang yang tidak hanya bersekolah ,namun juga memiliki keterdidikan , sehingga dapat mengamalkan pengetahuannya untuk mengabdi kepada masyarakat .
Keterdidikan seperti yang tadi sudah saya jelaskan itu menghasilkan akhlak yang baik dan memiliki spirit,semangat , atau idealisme untuk mengabdikan dan mengamalkan pengetahuannya untuk lingkungan sekitarnya atau masyarakat sekitarnya. Tentulah hasil dari keterdidikan adalah para pemimpin atau tokoh intelektual yang memiliki sumbangsih untuk negeri tercinta. Jawaban untuk mengatasi problematika ketidakterdidikan adalah ajaran Islam . Seperti yang kita tahu bersama bahwa ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah Q.S Al-Alaq : 1 yang artinya adalah “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” dari ayat ini kita tahu bahwa salah satu unsur keterdidikan yang pertama adalah membaca , atau bisa kita ambil kesimpulan membaca dengan senantiasa menambah ilmu . Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa memiliki spirit keilmuan yang tinggi untuk memiliki keterdidikan . Yang kedua adalah Akhlak yang baik , kita tahu bahwa ilmu yang tinggi tidak ada gunanya bila akhlaknya buruk ,seperti di dalam QS. Al-Ahzab : 21 yang artinya adalah “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Akhlak yang baik akan selalu mengantarkan kita kepada jalan kebenaran terhindar dari kesesatan. Sebaliknya akhlak yang buruk akan mengantarkan kita kepada yang buruk pula seperti tindakan korupsi, mencontek dan sebagainya. Yang terakhir adalah mengabdikan atau mengamalkan pengetahuan dan tenaganya untuk masyarakat . Seperti yang kita tahu di QS. Ali Imron : 104 yang artinya adalah “hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” .
Dari ayat ini kita tahu bahwa kita wajib untuk menyumbangkan tenaga dan pengetahuan kita atau berdakwah untuk mengabdi kepada masyarakat , karena dakwah tidak melulu di artikan sebagai dakwah formal melalui mimbar,podium namun juga tindakan-tindakan baik kita kepada masyarakat juga di hitung sebagai dakwah. Jadi keterdidikan menyangkut 3 aspek yang tadi sudah di jelaskan yaitu yang pertama memiliki spirit keilmuan yang tinggi , memiliki akhlak yang baik , dan yang terakhir adalah mau mengabdikan atau mendakwahkan pengetahuan dan tenaganya untuk masyarakat. Dan tentunya cara yang terbaik adalah cara-cara Islam khususnya Muhammadiyah yang memiliki spirit keilmuan yang tinggi atau yang biasa kita sebut dengan Islam berkemajuan. Harapannya dengan menerapkan 3 aspek dari keterdidikan ini muncul pemimpin-pemimpin hebat pada masa yang akan datang. Sekian terimakasih
PENULIS :
Ferdiansyah