ARTIKEL

Mengenang Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Isra’ Mi’raj merupakan sebuah peristiwa yang dialami Nabi Muhammad SAW dan memiliki arti penting bagi umat Islam. Peristiwa ini merupakan sebuah mukjizat yang Allah SWT berikan pada Nabi Muhammad SAW. Isra’ Mi’raj terdiri dari dua kata yakni Isra’ yang memiliki arti perjalanan Nabi Muhammad SAW yang dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsha ke Shidratul Muntaha (langit tertinggi). Ayat yang menjelaskan peristiwa ini terdapat pada QS Al Isra ayat 1 dan QS An Najm ayat 13-15. Penjelasan dalam QS Al Isra ayat  1 menjelaskan konsep, sistem, dan muatan dalam Islam. Sedangkan dalam QS An Najm ayat 13-15 menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Jibril dengan wujud aslinya.

Selain bukti dalam ayat Al Quran, beberapa hadis juga menjelaskan mengenai peristiwa agung ini. Dari Anas ra, Nabi SAW bersabda: “Aku diberi Buraq, yaitu seekor hewan putih yang lebih besar dari himar dan lebih kecil dari keledai. Aku mengendarainya. Dia membawaku hingga sampai ke Baitul Maqdis. Lalu aku mengikatnya di tempat para Nabi menambatkan. Aku masuk ke Baitul Maqdis dan shalat dua rakaat.

Setelah itu aku keluar, malaikat Jibril menghampiriku dengan membawa satu wadah berisi khamr dan satu wadah berisi susu. Aku memilih susu, malaikat Jibril as berkata: ‘Engkau telah (memilih) sesuai dengan fithrah,’ setelah itu, ia membawaku naik ke langit diriwayatkan oleh Hadis Riwayat Muslim. Hadis ini berbicara mengenai peristiwa Isra’.

Sedangkan peristiwa Mi’raj dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari. Dalam persitiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW diajak olej Jibril untuk melewati beberapa langit.

Langit pertama Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Adam as, dilangit kedua bertemu dengan Nabi Isa as, dilangit ketiga bertemu dengan Nabi Yahya as, dilangit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf as, dilangit keempat bertemu dengan Nabi Idris, dilangit kelima bertemu dengan Nabi Harun as, dilangit ke enam bertemu dengan Nabi Musa as, dilangit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim as, dan kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke Shidratul Muntaha.

Di langit ini Allah SWT memberi perintah Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan shalat 50 kali perhari. Ketika Nabi Muhammad SAW kembali dalam perjalanan Mi’raj dan bertemu Nabi Musa as lalu Nabi Musa bertanya ada Nabi SAW mengenai perintah Allah SWT yang telah diberikan untuk Nabi SAW kemudian Nabi Musa as meminta pada Nabi SAW untuk memohon pada Allah SWT untuk meringankan jumlah rakaat perintah shalat tersebut dan Nabi SAW mengikuti saran tersebut.

Kemudian Nabi SAW bertemu dengan Nabi Musa as lagi dan beliau mendapati saran yang sama dan Nabi SAW mengikuti saran tersebut hingga Allah SWT meringankan rakaat shalat hanya 5 kali sehari. Nabi Musa as pun memberi saran yang sama lagi dan Nabi SAW menjawab bahwa belaiu malu untuk memohon pada Allah SWT lagi. Akhirnya ditetapkanlah bahwa shalat wajib dilaksanakan 5 kali dalam satu hari.

Dalam Isra’ Mi’raj dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW bertemu Allah SWT secara langsung, melihat surga dan neraka, dan melihat wujud dari malaikat. Ada yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW berangkat dengan diri atau wujud badan beliau dan ada yang mempercaya bahwa yang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj itu hanya roh nya saja. Terjadinya peristiwa Isra’Mi’raj ini dialami Nabi Muhammad SAW beliau mengalami am-al huzn (tahun kesedihan).

Dimana beliau ditinggal oleh istri tercintanya yaitu Siti Khadijdah dan paman beliau yakni Abu Thalib. Dengan kesabaran kesungguhan Nabi maka Isra’ dan Mi’raj merupakan tonggak bagi Nabi Muhammad SAW untuk terus berjuang membawa risalah Islam. Nabi SAW kembali lagi ke bumi mengemban risalah Islam dengan segala dinamika perjuangan dan tantanganya Nabi SAW hadir untuk membawa peradaban dan membangun peradaban Islam.

Alhamdulillah setelah itu Nabi hijrah ke Yatsrib (Madinah) selama 13 tahun dan total selama sekitar 23 tahun akhirnya terbukti risalah Islam yang dibawa oleh Nabi akhir zaman membangun puncak peradaban Al-Madinah Al-Munawarah yang lahir dari Islam.

Dari sinilah maka ketika kita memperingati Isra’ dan Mi’raj kita tidak cukup hanya mengenang sejarah Isra’ dan Mi’raj itu tetapi jadikan sebagai spirit ruhani untuk kita seluruh umat Islam mewujudkan Islam sebagai risalah akhir zaman yang membangun peradaban.

Untuk mengenang peristiwa agung ini, kita sebagai umat Islam tak hanya sekedar memberikan peringatan di sosial media dan sekedar ucapan lisan tetapi harus senantiasa melaksanakan ibadah baik wajib dan sunnah serta selalu belajar dan terus belajar.

Penulis : Risma Wardani

admin

Islamika Media Group merupakan Lembaga Pers Mahasiswa yang berada di bawah naungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *