ARTIKEL

Bagaimana Rasulullah Menghormati Pasangannya?

Allah yang Maha Kuasa  menciptakan semua makhluk-Nya yang ada di seluruh jagat raya ini dengan berpasang-pasangan, yang mana hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat az-Zariat ayat 49 yang berbunyi:

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).”

Manusia juga lah satu-satunya makhluk Allah yang mampu membungkus fitrah hidupnya dalam suatu ikatan pernikahan. Adanya pernikahan akan membuat seseorang merasa tenteram. Namun, tak jarang masyarakat yang tidak merasakan ketentraman setelah menikah. Hal ini disebabkan karena masyarakat pada zaman ini kurang mengetahui tentang panduan hidup berkeluarga yang disuguhkan oleh Rasulullah dalam hadis-hadis. Dalam kitab-kitab hadis tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga Rasulullah bersama istri-istrinya patut dijadikan contoh umat muslim demi membangun sebuah keluarga islami yang harmonis. Dalam diri Rasulullah penuh rasa kesabaran dan cinta kepada istri-istrinya. Tidak pernah terdengar Rasulullah berkata menyakitkan dan merendahkan. Tidak pernah Rasulullah mengangkat tangan atau tongkat untuk memberi pelajaran ataupun sekedar untuk bergurau senda.  Rasulullah mengajarkan akhlak terpuji yakni untuk selalu bersikap sabar saat menghadapi istrinya yang sedang marah. Begitulah Rasulullah dalam kehidupannya dengan istri-istri yang lain. Kehidupan beliau sangat perlu diteladani dalam berbagai hal, sebagaimana dalam QS al-Ahzab ayat 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

Jadi, Rasulullah merupakan teladan yang paling baik bagi laki-laki yang telah menikah. Rasulullah itu bersikap tawadhu’ di hadapan istri-istrinya, sampai-sampai Nabi membantu istri-istrinya dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga. Padahal  Rasulullah sendiri memiliki kesibukan yang sangat tinggi untuk menunaikan kewajibannya dalam menyampaikan dakwah dan perintah Allah. Jadi, di dalam sebuah keluarga yang bahagia dan diberkahi harus mengambil contoh dari rumah tangga Rasulullah yang berlandaskan Islam.

Perintah Menghormati Istri dalam Hadis

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أكمل المؤمن إيماناً أحسنه خلقا ، وخياركم أحسنكم خلقا لنسائهم (الترمذي)

Dari Abu Hurairah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paing baik akhlaknya dan orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya.” (HR at-Tirmizi)

خيركم خيركم لأهله، وأنا خيركم 

Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik sikapnya terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Ibnu Majah) 

Hadits ini dapat dimaknai bahwa sebaik-baik laki-laki adalah yang terbaik sikapnya terhadap istri. Dan Nabi adalah laki-laki terbaik dalam memperlakukan istri. 

Cara-cara Rosulullah Menghormati Istrinya

a. Bergurau dan bercanda dengan Istri.

b. Memberikan pujian atau kata-kata lembut kepada istri. 

c. Memenuhi hak istri sesuai dengan syariat Islam. 

Bergurau dan Bercanda dengan Istri

Menurut Aisyah istri beliau mengatakan bahwa Nabi sering tertawa dan tersenyum. Bahkan tertawa sampai terlihat gigi geraham beliau, namun tidak terbahak dan tidak mengucapkan kecuali yang haq. Riwayat lain dari Aisyah ia berkata: “Suatu ketika aku memasak makanan untuk kuhidangkan kepada Rasulullah yang kebetulan pada waktu itu juga ada Saudah yang mana juga istri Rasulullah. Aisyah mengharap Saudah RA ikut makan, tetapi ia enggan, Tetapi Aisyah tetap bersikeras mengajak Saudah makan sambil berkata “Demi Allah, engkau harus makan kalau tidak akan ku kotori wajahmu dengan makanan ini”. Akan tetapi, Saudah tetap saja tidak berkenan makan, akhirnya Aisyah mengambil sebagian dari makanan itu dan menempelkan ke wajah Saudah. Saudah pun melakukan hal yang sama sambil tertawa. Rasulullah SAW yang kebetulan berada di depan kedua istrinya itu melihat apa yang dilakukan oleh keduanya beliau pun ikut tertawa.

Memberikan Pujian atau Kata-Kata Lembut kepada Istri

يا حميراء أتحبين أن تنظري إليهم؟

“Wahai Humaira’ apakah kamu mau melihat mereka?” (HR An Nasa’i)

Jadi dari hadis ini yang kita teladani ialah Rasulullah memuji isterinya. Beliau senantiasa mencium kening sang istri, serta memanggilnya dengan panggilan kesayangan “Ya Humairo” yang berarti pipi yang kemerah-merahan. Sudah terbayang bagaimana romantisnya Rasulullah Saw kepada isterinya? Wanita mana yang tak senang bila disebut dengan Humairo. 

Gambaran keharmonisan keluarga Rasulullah juga bisa dilihat dari sikap Rasul yang senantiasa lemah lembut pada istrinya senantiasa memahami kemauan dan menyikapinya dengan penuh cinta. Misalnya tatkala ketika sang istri sedang memasak makanan dan ternyata masakan tersebut memiliki rasa yang kurang enak dan hambar, Rasul tidak menghina masakannya justru Rasul memujinya dengan mengatakan makanan tersebut lezat. Terlepas dari hal tersebut, Rasul senantiasa menampakan wajah yang mengenakan dihadapan istrinya, tak pernah sekalipun beliau menunjukan wajah yang tak menyenangkan.

Memenuhi Hak Istri Sesuai dengan Syariat Islam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

الا ان لَكُم على نسائكم حقاو لنسائكم عليكم حقا فاما حقكم علي نسائكم الا يُوطِئنَ فُرُشَكُم مَن تَكرَهُون وَلاَيَأ ذَنَّ في بيُوتِكُم لِمن تكرَهُون أَلاَوَحَقُّهُن عَليكم أَن تُحسِنُوا إِلَيهِن فِى كِسوَتِهِنَّ وَطَعَامِهِن

Artinya: “Ketauhilah, sesungguhnya kalian memiliki hak atas istri-istri kalian dan istri-istri kalian memiliki hak atas kalian, adapun hak kalian atas istri-istri kalian yaitu ranjang-ranjang kalian, dan mereka tidak mengizinkan untuk seorang yang kalian benci masuk ke dalam rumah-rumah kalian, dan ingatlah, bahwa hak-hak mereka atas kalian adalah kalian berbuat baik kepada mereka di dalam perihal pakaian mereka dan makanan mereka.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Irwal Al Ghalil, no. 1997.

Jadi, nafkah adalah tanggung jawab utama seorang suami dan hak utama istrinya. Apabila diberikan kepada istri dengan lapang dada, tanpa sedikitpun unsur kikir, maka dapat mendatangkan kebahagiaan dalam rumah tangga. Nafkah menjadi salah satu hak yang wajib didapatkan oleh seorang istri dari suaminya sejak mereka sepakat membina rumah tangga dengan acuan firman Allah.

Jadi,  dari hadis-hadis tersebut bisa disimpulkan bahwasannya nabi benar benar memenuhi hak istrinya dengan benar yaitu dengan memprioritaskan pemberian nafkah untuk istri-istrinya.

Penulis: Nadya Afidati

admin

Islamika Media Group merupakan Lembaga Pers Mahasiswa yang berada di bawah naungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *