ARTIKEL

ANALISIS MENDENGARKAN AYAT AL-QUR’AN DALAM MEMBANTU PENYEMBUHAN KESEHATAN MENTAL

Abstrak

Kesehatan mental merupakan isu global yang semakin mendapat perhatian serius, terutama di era modern dengan tingkat stres yang tinggi. Penelitian ini menganalisis efektivitas mendengarkan ayat Al-Qur’an sebagai metode terapi komplementer dalam membantu penyembuhan kesehatan mental. Melalui pendekatan kualitatif dengan studi literatur, penelitian ini mengkaji aspek spiritual, psikologis, dan neurosains dalam fenomena tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa mendengarkan ayat Al-Qur’an dapat memberikan efek terapeutik melalui mekanisme relaksasi, penurunan hormon stres, peningkatan gelombang otak alpha, serta penguatan makna hidup dan ketahanan mental. Penelitian ini merekomendasikan integrasi terapi Al-Qur’an sebagai pendekatan holistik dalam penanganan gangguan kesehatan mental.

Kata Kunci: Al-Qur’an, kesehatan mental, terapi spiritual, psikoterapi Islam, neurosains

Pendahuluan

Kesehatan mental telah menjadi perhatian utama terutama setelah kita melihat orang-orang di sekeliling kita terutama anak muda di kalangan remaja bahkan sampai kepada kalangan orang tua, hal itu sangat miris sekali kita mendengarya. Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional mencapai 9,8% dari populasi.[1]

Dalam konteks ini, pendekatan holistik yang mengintegrasikan dimensi spiritual dalam terapi kesehatan mental semakin mendapat perhatian. Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya berfungsi sebagai pedoman hidup tetapi juga memiliki dimensi terapeutik yang telah dipraktikkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an sendiri menyebutkan fungsi penyembuhan ini dalam Surah Al-Isra ayat 82: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Berbagai penelitian empiris telah menunjukkan korelasi positif antara praktik keagamaan, termasuk mendengarkan Al-Qur’an, dengan kesehatan mental yang lebih baik. Namun, pemahaman komprehensif tentang mekanisme dan efektivitas terapi Al-Qur’an masih perlu dikaji lebih mendalam, terutama dari perspektif ilmiah modern.

Mekanisme mendengarkan ayat Al-Qur’an dapat mempengaruhi kesehatan mental

Dilihat dari mekanisme pisikologis Al-Qur’an dapat berkontribusi dalam beberapa hal :

a. Pengurangan Kecemasan, Stres, dan Depresi

Berdasarkan hasil studi, bacaan dan mendengarkan Al-Qur’an dapat diterapkan sebagai pengobatan non-farmakologis yang bermanfaat untuk mengurangi kecemasan, stres, dan depresi.[2] Karena ketika hati kita terbiasa untuk mendengarkan Al-Qur’an dan disinilah peran AlQur’an yang dapat membantu proses penyembuhan mental.

Ada salah satu pepatah atau juga bisa dibilang perkataan orang mengatakan Musik itu dapat mengembalikan moodmu dan Al-Qur’an dapat menenangkan hatimu, apalagi ketika kita sedang cemas,gelisah, depresi dan sebagainya.

 bacaan Al-Quran dengan tartil (perlahan dan berirama) mempunyai kesan yang hampir sama dengan teknik mindfulness atau meditation.

Irama bacaan merangsang sistem saraf parasimpatetik — bahagian otak yang bertanggungjawab menenangkan badan, menurunkan kadar degupan jantung, serta mengurangkan hormon stres seperti cortisol.

  Kajian EEG menunjukkan bahawa mendengar bacaan Al-Quran boleh meningkatkan gelombang alfa otak, yang dikaitkan dengan keadaan tenang dan fokus.

b. Regulasi Emosi (Emotional Regulation)

[3]Al-Qur’an menyediakan panduan untuk mengelola emosi seperti kemarahan, kesedihan, dan kecemasan. Ayat-ayat tentang sabar, tawakal, dan ikhlas membantu individu mengontrol respons emosional mereka. Bacaan Al-Qur’an dengan tartil juga memiliki efek menenangkan sistem saraf, menurunkan hormon kortisol (hormon stres), dan meningkatkan perasaan damai.

c. Efek Psikoakustik dari Tilawah

Irama, melodi, dan ritme bacaan Al-Qur’an memiliki efek terapeutik. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan atau membaca Al-Qur’an dapat menurunkan tekanan darah, memperlambat denyut jantung, dan menginduksi gelombang alfa di otak yang terkait dengan relaksasi.

Semua mekanisme ini bekerja secara integratif untuk memberikan kontribusi holistik terhadap kesehatan psikologis individu, baik pada level kognitif, emosional, behavioral, maupun spiritual. Al-Qur’an dengan demikian berfungsi tidak hanya sebagai kitab suci, tetapi juga sebagai sumber terapi dan pertumbuhan psikologis yang komprehensif.

Landasan Teoritis

Psikoneuroimunologi dan Spiritualitas

Psikoneuroimunologi mengkaji interaksi kompleks antara proses psikologis, sistem saraf, dan sistem imun. Penelitian dalam bidang ini menunjukkan bahwa praktik spiritual dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik melalui modulasi sistem neuroendokrin. Mendengarkan ayat Al-Qur’an melibatkan proses auditori yang mengaktifkan area limbik otak, khususnya amigdala dan hipokampus, yang berperan dalam regulasi emosi dan respon stres.[4]

Penelitian pada Gangguan Kecemasan

Systematic review oleh Ghiasi dan Keramat (2018) menganalisis 12 studi tentang efek mendengarkan Al-Qur’an pada kecemasan. Hasil meta-analisis menunjukkan effect size yang signifikan (Cohen’s d = 0.82) dalam menurunkan skor kecemasan pada berbagai populasi klinis, termasuk pasien pre-operatif, hemodialisis, dan intensive care unit.[5]

Aplikasi pada Depresi

Rahmani dan Tadrisi (2014) melakukan randomized controlled trial pada pasien hemodialisis dengan gejala depresi. Kelompok intervensi yang mendengarkan murottal Al-Qur’an selama 20 menit sehari menunjukkan penurunan signifikan skor Beck Depression Inventory setelah 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol.

Dalam penjelasan di atas sudah jelas bahwa Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya berfungsi sebagai pedoman spiritual tetapi juga memiliki dimensi terapeutik yang telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad SAW. QS. Al-Isra ayat 82 menyatakan: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Ayat ini mengindikasikan fungsi penyembuhan (syifa’) yang inheren dalam Al-Qur’an.

Penelitian kontemporer mulai memberikan evidens ilmiah tentang efek terapeutik mendengarkan ayat Al-Qur’an terhadap kesehatan mental. Artikel ini bertujuan menganalisis mekanisme psikofisiologis dan dampak klinis dari intervensi mendengarkan ayat Al-Qur’an dalam konteks penyembuhan kesehatan mental.

Mekanisme Penyembuhan dalam Perspektif Islam

Menghilangkan Penyakit Hati (Amradh al-Qulub)

[6]Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitab monumentalnya Zad al-Ma’ad menjelaskan bahwa Al-Qur’an menyembuhkan penyakit hati melalui dua cara: pertama, dengan pengetahuan yang benar tentang Allah, hari akhir, dan hakikat kehidupan yang menghilangkan kebodohan dan keraguan; kedua, dengan perintah dan larangan yang mendorong jiwa untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.

Penyakit-penyakit hati seperti kesombongan (kibr), dengki (hasad), riya’, dan cinta dunia berlebihan adalah akar dari berbagai gangguan mental. Al-Qur’an memberikan terapi dengan menanamkan sifat-sifat terpuji seperti tawadhu’, ikhlas, qana’ah, dan zuhud yang membawa ketenangan jiwa.

Memberikan Sakinah (Ketenangan Jiwa)

Konsep sakinah adalah anugerah spiritual yang Allah turunkan kepada hati orang beriman ketika mereka mendengarkan Al-Qur’an. Dalam QS. At-Taubah (9): 26, Allah menyebutkan bahwa Dia menurunkan sakinah kepada Rasul dan orang-orang beriman. Sakinah ini adalah ketenangan yang mendalam, rasa aman, dan keteguhan hati yang mengalahkan segala kegelisahan.[7]

Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa sakinah adalah cahaya yang Allah lemparkan ke dalam hati hamba-Nya yang beriman, sehingga hatinya menjadi lapang, tenang, dan tidak mudah goncang oleh ujian dunia. Mendengarkan Al-Qur’an dengan tadabbur adalah salah satu jalan utama untuk mendapatkan sakinah ini.

Menguatkan Iman dan Tawakal

[8]Kegelisahan dan kecemasan dalam pandangan Islam bersumber dari lemahnya iman dan kurangnya tawakal kepada Allah. Al-Qur’an memperkuat iman dengan mengingatkan sifat-sifat Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Mengetahui, dan Maha Mengatur segala urusan. Ayat-ayat seperti QS. At-Talaq (65): 3, “…Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya,” menanamkan keyakinan yang menghilangkan kecemasan akan rezeki dan masa depan.

Mendengarkan ayat-ayat tawakal membuat seorang muslim menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah dengan penuh kepasrahan dan keikhlasan, sehingga beban psikologis menjadi ringan karena ia yakin bahwa Allah yang akan mengatur segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.

Menghapus Kesedihan dan Membawa Harapan

Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat yang memberikan harapan dan optimisme. QS. Al-Baqarah (2): 286 menegaskan, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Ayat ini memberikan ketenangan bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya.

QS. Asy-Syarh (94): 5-6 memberikan jaminan ilahi, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” Pengulangan dua kali menegaskan bahwa setiap kesulitan pasti diikuti kemudahan. Mendengarkan ayat-ayat ini mengubah perspektif seseorang dari putus asa menjadi penuh harapan.[9]

Kesimpulan

Mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an memiliki potensi terapeutik yang luar biasa dalam membantu penyembuhan kesehatan mental, khususnya dari perspektif spiritual keagamaan. Melalui turunnya sakinah, penguatan tawakal, dan proses tadabbur, Al-Qur’an menyembuhkan jiwa dari berbagai penyakit mental yang berakar pada krisis spiritual. Namun, penyembuhan ini mensyaratkan adanya iman, ketulusan, dan keterbukaan hati untuk menerima petunjuk Allah.

Dalam konteks modern, pendekatan spiritual Islam melalui Al-Qur’an dapat menjadi pelengkap yang sangat berharga bagi terapi kesehatan mental konvensional. Bagi seorang muslim, mendengarkan Al-Qur’an bukan hanya aktivitas ritual, tetapi merupakan proses penyembuhan jiwa yang menghubungkan kembali dirinya dengan Sang Pencipta, sumber dari segala ketenangan dan kesembuhan sejati.

Daftar Pustaka

“Al-Qur’an Surah Asy-Syarh (Al-Insyirah) Ayat 5-6,” n.d.

“‘Effects of the Quran Recitation on Mental Health of the Iranian Personnel.’ Health, Spirituality and Medical Ethics, 2(1), 7-13,” n.d.

“Hossein, S. A. A., & Abdolhay, A. (2016). ‘Effect of Holy Quran Recitation on Physiological Responses.’ Journal of Religion and Health, 55(1), 38-42.,” n.d.

“I Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,” n.d.

“Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Muhammad Ibn Abi Bakr. (1994).,” n.d.

“Kitab: Ihya’ Ulumuddin – Kitab at-Tawakkul (كتاب التوكل),” n.d.

“Moulaei, K., Fard, M. A., Ghasempour, M., et Al. (2023). The Effect of the Holy Quran Recitation and Listening on Anxiety, Stress, and Depression,” n.d.

“Neural and Innate Immune Systems.” Nature Reviews Immunology, 11(9), 625-632.,” n.d.

“Sahih Muslim, Kitab Dzikir Dan Doa – Tentang Turunnya Sakinah Dalam Majelis Al-Qur’an,” n.d.


[1] “ Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,”.

[2] Moulaei, K., Fard, M. A., Ghasempour, M., et Al. (2023). The Effect of the Holy Quran Recitation and Listening on Anxiety, Stress, and Depression,”

[3] Hossein, S. A. A., & Abdolhay, A. (2016). ‘Effect of Holy Quran Recitation on Physiological Responses.’ Journal of Religion and Health, 55(1), 38-42.,”.

[4] Neural and Innate Immune Systems.” Nature Reviews Immunology, 11(9), 625-632.,”.

[5] Effects of the Quran Recitation on Mental Health of the Iranian Personnel.’ Health, Spirituality and Medical Ethics, 2(1), 7-13,”

[6] “Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Muhammad Ibn Abi Bakr. (1994).,”

[7] “Sahih Muslim, Kitab Dzikir Dan Doa – Tentang Turunnya Sakinah Dalam Majelis Al-Qur’an,” n.d.

[8] “Kitab: Ihya’ Ulumuddin – Kitab at-Tawakkul (كتاب التوكل),”

[9] “Al-Qur’an Surah Asy-Syarh (Al-Insyirah) Ayat 5-6,”.

Penulis:Risyad Abdillah

admin

Islamika Media Group merupakan Lembaga Pers Mahasiswa yang berada di bawah naungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *