ARTIKELBUKUOPINI

Refleksi Buku “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” Terhadap Hadis Rasulullah SAW tentang Memilih Teman

Buku “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” yang ditulis oleh Muhidin M. Dahlan adalah sebuah karya sastra yang menggugah, mengisahkan perjalanan hidup seorang wanita yang terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Melalui narasi yang penuh empati, Dahlan tidak hanya menggambarkan kepedihan dan keputusasaan yang dialami oleh tokoh utamanya, tetapi juga mengangkat pertanyaan mendalam tentang moralitas, pilihan, dan pengaruh lingkungan sosial.

Saya kesal, dan kadang-kadang menggelengkan kepala saat membaca buku ini. Selain itu, saya mengagumi penulisnya karena dia berani menunjukkan keburukan sosial kita yang selama ini terlihat tidak bersalah; khususnya, saya mengagumi keberanian penulis untuk mengungkap semua hal, terutama tentang orang-orang yang selama ini tampaknya baik hati, kalem, dan suci, tetapi sebenarnya penuh dengan keburukan.

            Selain itu, buku ini menceritakan perjalanan hidup seorang muslimah yang awalnya tidak menganut agamanya. Lambat laun, berkat teman dekatnya, dia mulai tertarik pada agama. Dia mulai belajar tentang agama dan ingin melakukan semua perintah agama. Namun disatu sisi ada hal yang kemdian membawa dirinya ke ranah yang tidak baik, karena kekecewaanya terhadap suatu penganut agama. Dari situlah, pembaca diajak untuk membuka mata lebar-lebar dengan melihat lingkungan sekitar dengan lebih kritis, karena apa yang tampak di luar, bisa jadi sangat berbeda dengan yang ada di dalam. Di luar, orang bisa terlihat sangat berwibawa atau suci, untuk menunjukkan dirinya bahwa dia bertuhan.

Hadis tentang Memilih Teman

Dalam banyak aspek, kisah dalam buku ini memiliki resonansi kuat dengan ajaran Islam tentang pentingnya memilih teman. Rasulullah SAW berkata: “Perumpamaan teman yang baik dan yang jahat adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Yang membawa minyak wangi, boleh jadi dia memberimu, atau kamu membeli daripadanya, atau paling tidak kamu mendapatkan harum semerbak daripadanya. Adapun tukang pandai besi, boleh jadi bajumu terbakar karenanya, atau kamu mendapatkan bau busuk daripadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menekankan bahwa teman yang baik akan memberikan pengaruh positif, sedangkan teman yang buruk dapat membawa dampak negatif.

Pengaruh Teman dan Lingkungan

Dalam “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur,” tokoh utama, seorang wanita muda yang terpaksa menjadi pelacur, mengalami dampak negatif dari pergaulan yang buruk. Lingkungannya, yang penuh dengan eksploitasi dan keputusasaan, mencerminkan perumpamaan “peniup api pandai besi” dalam hadis, dimana lingkungan yang buruk membawa pengaruh negatif yang kuat dan terkadang merusak. Kehidupannya berubah drastis karena pengaruh negatif dari orang-orang di sekitarnya yang mendorongnya ke dalam praktik yang merugikan baik secara moral maupun spiritual.

Kisah ini mengajarkan bahwa dalam kehidupan nyata, seperti dalam hadis, individu sangat dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar mereka. Ketika seseorang terjebak dalam lingkungan yang buruk, terutama tanpa dukungan positif dari keluarga atau teman, mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti jalur yang tersedia bagi mereka, meskipun itu merugikan. Dalam buku ini, pembaca diajak untuk merenungkan bagaimana seorang wanita muda, dengan masa depan yang semula cerah, dapat terperosok ke dalam lembah kehidupan yang suram karena keadaan dan pengaruh sosial yang tidak mendukung.

Keberanian Moral

Meskipun buku ini mengeksplorasi tema-tema gelap, ia juga menyentuh pentingnya keberanian moral dan kemampuan untuk membuat pilihan. Ini sejalan dengan ajaran hadis tentang memilih teman yang baik yang bisa menjadi sumber inspirasi dan bantuan dalam kondisi sulit. Tokoh utama dalam cerita berulang kali berada di persimpangan, di mana dia harus memilih antara yang mudah dan yang benar. Pilihan-pilihannya, sementara sering kali terbatas oleh kondisi eksternalnya, menyoroti pentingnya agensi pribadi dalam kehidupan.

Melalui refleksi terhadap buku “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur,” kita diingatkan akan pentingnya memilih lingkungan dan teman dengan bijak, sebagaimana ditekankan dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Kisah dalam buku ini menunjukkan bahwa setiap pilihan dan hubungan yang kita bentuk bisa memiliki implikasi yang mendalam baik secara pribadi maupun sosial. Implikasi sosial dari buku ini mengundang kita untuk merenungkan tentang bagaimana masyarakat dapat membantu individu yang terjebak dalam kondisi serupa dengan tokoh utama buku ini, serta bagaimana setiap individu dapat mempengaruhi perubahan positif dalam lingkaran mereka.

Dengan demikian, buku Muhidin M. Dahlan ini bukan hanya sebuah cerita tentang kehidupan seorang pelacur, tetapi juga tentang kekuatan dan dampak pergaulan, serta pentingnya kesadaran dan kepedulian sosial dalam membantu individu yang terjebak dalam lingkaran destruktif. Buku ini mengajak kita semua untuk lebih waspada terhadap pengaruh yang kita miliki atas orang lain dan bagaimana kita, sebagai bagian dari masyarakat, dapat membantu mengarahkan mereka ke jalan yang lebih baik.

Penulis : Hanif Syairafi Wiratama

admin

Islamika Media Group merupakan Lembaga Pers Mahasiswa yang berada di bawah naungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *