ARTIKELBERANDA

AKU BISA JIKA AKU BERFIKIR BISA

Sebutlah sebuah mantra “aku bisa jika aku berfikir bisa” menjadi semacam kunci ajaib yang dapat membuka pintu menuju perubahan positif dalam kehidupan seseorang. Saat kita memahami dan menginternalisasi kekuatan atau makna yang ada dalam kalimat ini, kita sedang membangun pondasi yang kuat untuk perjalanan self-improvement.

Manusia memiliki kekuatan luar biasa dalam pengaruh pikiran mereka terhadap tindakan dan hasil yang dicapai. Konsep “aku bisa jika aku berfikir bisa” mengeksplorasi sisi positif dari pikiran, mengajarkan kita bahwa keyakinan diri yang kuat adalah kunci untuk mencapai tujuan. Dalam buku “The Power of Positive Thinking,” Norman Vincent Peale membahas dampak positif dari memelihara pikiran positif dan bagaimana hal itu dapat mengubah hidup seseorang.

Pola Pikir Tetap vs. Pola Pikir Berkembang

Bagian penting dalam mengadopsi apa yang dikenal sebagai growth mindset atau pola pikir berkembang. Dalam pandangan psikolog Carol S. Dweck, individu dengan growth mindset percaya bahwa kemampuan mereka dapat berkembang melalui usaha, belajar, dan ketekunan. Sebaliknya, fixed mindset atau pola pikir tetap menganggap bahwa kemampuan adalah sesuatu yang sudah ditentukan dan sulit untuk berubah.

Pola pikir tetap menyiratkan keyakinan bahwa kemampuan, kecerdasan, dan bakat seseorang adalah sesuatu yang tetap dan tidak dapat diubah. Orang dengan pola pikir tetap cenderung percaya bahwa mereka memiliki kapasitas yang telah ditentukan secara alami, dan upaya tambahan tidak akan membantu meningkatkan kemampuan mereka. Dalam konteks ini, kegagalan dianggap sebagai indikator kekurangan atau kelemahan intrinsik, dan mereka mungkin cenderung menghindari tantangan yang bisa mengungkapkan keterbatasan mereka.

Contoh sederhana pola pikir tetap adalah ketika seseorang menghadapi kegagalan dalam ujian dan berpikir, “Saya tidak pintar. Ini membuktikan bahwa saya tidak memiliki bakat dalam mata pelajaran ini.” Orang dengan pola pikir tetap mungkin cenderung menilai diri mereka sendiri berdasarkan hasil akhir tanpa memperhatikan proses pembelajaran dan pengembangan keterampilan.

Sebaliknya, pola pikir berkembang melibatkan keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat ditingkatkan melalui usaha, latihan, dan pembelajaran yang terus-menerus. Orang dengan pola pikir berkembang melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Mereka percaya bahwa melalui dedikasi dan kerja keras, mereka dapat meningkatkan keterampilan mereka di berbagai bidang.

Contoh dari pola pikir berkembang adalah ketika seseorang menghadapi kesulitan dalam memahami suatu konsep dan berpikir, “Saya mungkin belum memahaminya sekarang, tetapi dengan usaha dan ketekunan, saya bisa belajar dan menguasainya.” Orang dengan pola pikir berkembang cenderung fokus pada proses pembelajaran, mencari umpan balik konstruktif, dan melihat tantangan sebagai bagian alami dari perjalanan menuju perbaikan diri.

Quotes

“Jika Anda berpikir Anda bisa, atau Anda berpikir Anda tidak bisa, Anda benar. – Henry Ford”

Membangun Growth Mindset

Bagaimana kita dapat membentuk growth mindset yang kuat? Langkah pertama adalah menyadari pola pikir kita dan mengganti pola pikir negatif dengan yang positif. Setiap kali kita menghadapi kegagalan, melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Dengan mengubah cara kita berpikir tentang kemampuan dan potensi kita, kita membuka diri untuk peluang yang lebih besar.

Membangun Growth Mindset atau pola pikir berkembang adalah proses yang melibatkan perubahan sikap dan keyakinan seseorang terhadap kemampuan dan potensinya. Growth Mindset merupakan pandangan bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui upaya, latihan, dan pembelajaran terus-menerus. Seseorang dengan Growth Mindset percaya bahwa kecerdasan dan keterampilan bukanlah sifat yang tetap, melainkan sesuatu yang dapat ditingkatkan sepanjang waktu.

a. Menyadari Pola Pikir Saat Ini

Langkah pertama adalah menyadari pola pikir yang dominan saat ini. Apakah Anda cenderung melihat kemampuan sebagai sesuatu yang tetap atau sebagai sesuatu yang dapat berkembang? Menyadari pola pikir awal adalah kunci untuk memulai perubahan.

b. Ubah Bahasa dan Persepsi

Ganti kata-kata dan ungkapan negatif yang menunjukkan kemampuan tetap dengan bahasa yang mengindikasikan kemampuan berkembang. Misalnya, mengganti “Saya tidak bisa” dengan “Saya belum bisa” dapat mengubah cara pikir yang bersifat statis menjadi dinamis.

c. Terima Kegagalan sebagai Bagian dari Proses

Melihat kegagalan sebagai peluang belajar adalah inti dari Growth Mindset. Janganlah takut untuk gagal, tetapi gunakan setiap kegagalan sebagai langkah menuju pertumbuhan dan perbaikan diri.

d. Fokus pada Proses, Bukan Hasil

Alihkan perhatian dari hasil akhir dan lebih berfokus pada proses belajar. Melibatkan diri dalam langkah-langkah konkret untuk memahami dan mengasah keterampilan dapat membantu mengembangkan Growth Mindset.

e. Gunakan Kritik dan Umpan Balik Sebagai Sarana Pembelajaran

Lihat kritik dan umpan balik sebagai alat untuk perbaikan, bukan sebagai hukuman. Gunakan saran dan komentar untuk mengidentifikasi area di mana Anda dapat tumbuh dan berkembang. Menetapkan tujuan yang menantang, tetapi realistis, membantu merangsang pertumbuhan. Pastikan tujuan tersebut spesifik, dapat diukur, dan memberikan ruang untuk pengembangan keterampilan.

f. Jadilah Fleksibel dan Terbuka Terhadap Perubahan

Membangun Growth Mindset melibatkan sikap terbuka terhadap perubahan dan kemampuan untuk beradaptasi. Jadilah fleksibel dalam menghadapi tantangan dan terima bahwa perubahan adalah bagian alami dari proses pertumbuhan.

Quotes

“Keyakinan pada diri sendiri adalah kunci keberhasilan. Jika Anda percaya pada diri sendiri dan memiliki keyakinan yang cukup kuat, Anda akan bisa melakukan apa pun yang Anda inginkan. – Muhammad Ali”

Menetapkan Tujuan yang Realistis

Satu-satunya cara untuk mencapai tujuan adalah dengan memiliki tujuan yang jelas dan terukur. Teori pengaturan tujuan, seperti yang dikembangkan oleh Locke dan Latham, menunjukkan bahwa tujuan yang spesifik dan dapat diukur dapat meningkatkan motivasi dan kinerja seseorang. Oleh karena itu, kita perlu menetapkan tujuan yang SMART: Spesifik, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-bound.

Salah satunya juga mengatur emosi memainkan peran penting dalam perjalanan self-improvement. Daniel Goleman, dalam bukunya “Emotional Intelligence,” menyoroti betapa pentingnya kemampuan mengenali dan mengelola emosi dalam mencapai keberhasilan pribadi dan profesional. Kecerdasan emosional melibatkan kesadaran diri, pengelolaan stres, empati, dan kemampuan berkomunikasi yang efektif.

Belajar dari Pengalaman Orang Lain

Dalam perjalanan self-improvement, kita tidak sendirian. Banyak orang telah mengalami perubahan signifikan dalam hidup mereka, dan kita dapat belajar banyak dari pengalaman mereka. Buku-buku motivasional dan biografi, seperti “The 7 Habits of Highly Effective People” karya Stephen R. Covey, memberikan wawasan berharga tentang bagaimana mencapai keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup.

Terlebih kita juga harus mengatur waktu, karena ia adalah aset yang tak tergantikan, dan cara kita mengelolanya dapat memengaruhi sejauh mana kita mencapai potensi maksimal kita. Stephen Covey, dalam bukunya yang telah disebutkan sebelumnya, menekankan pentingnya mengelola waktu dengan bijak. Dengan menetapkan prioritas, membuat jadwal yang terorganisir, dan menghindari pemborosan waktu, kita dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kita.

Dalam mengadopsi mantra “aku bisa jika aku berfikir bisa,” kita membuka pintu menuju perubahan positif. Dengan membangun growth mindset, menetapkan tujuan yang realistis, mengelola emosi, belajar dari pengalaman orang lain, dan mengelola waktu dengan bijak, kita dapat merancang perjalanan self-improvement yang penuh makna dan berhasil. Mengingat bahwa perubahan membutuhkan waktu dan kesabaran, setiap langkah kecil yang diambil membawa kita lebih dekat menuju versi terbaik dari diri kita sendiri. Jadi, mari kita terus percaya pada potensi kita dan berfikir bahwa kita bisa mencapai apa pun yang kita impikan.

Penulis : Hanif Syairafi Wiratama

admin

Islamika Media Group merupakan Lembaga Pers Mahasiswa yang berada di bawah naungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *