Mahasiswa dalam Bayang-Bayang UTS
Di Indonesia, momen Ujian Tengah Semester (UTS) selalu menjadi periode krusial bagi mahasiswa di setiap perguruan tinggi. Namun, dinamika belajar mengajar di sekitar periode UTS sering kali terpengaruh oleh berbagai faktor, termasuk momentum hari raya Idul Fitri yang kerap kali meninggalkan dilema antara semangat belajar yang tinggi dan rasa malas atau ‘mager’ pasca-liburan panjang.
Mahasiswa Fokus UTS
Mahasiswa yang berfokus pada UTS biasanya memulai persiapan jauh-jauh hari sebelum ujian dimulai. Mereka ini mungkin telah membuat jadwal belajar yang terstruktur, membagi materi yang harus dipelajari, serta aktif mengikuti diskusi atau konsultasi dengan dosen dan teman sekelas. Fokus utama mereka adalah memahami konsep-konsep yang diajarkan selama kuliah dan mengaplikasikannya dalam bentuk jawaban ujian yang baik.
Strategi yang sering digunakan meliputi pembuatan rangkuman materi, pelaksanaan sesi belajar kelompok, dan simulasi ujian. Mahasiswa tipe ini juga biasanya lebih proaktif dalam memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang ditawarkan universitas, seperti perpustakaan, laboratorium, dan juga akses ke materi tambahan online.
Dinamika Mahasiswa ‘Mager’ Pasca-Lebaran
Di sisi lain, ada segmen mahasiswa yang mengalami kesulitan untuk kembali ke rutinitas akademik setelah liburan panjang Idul Fitri. Periode ini seringkali diisi dengan kumpul keluarga, silaturahmi, dan perjalanan ke kampung halaman yang bisa meninggalkan rasa lelah dan kurang motivasi untuk segera kembali fokus belajar.
Mahasiswa yang ‘mager’ ini mungkin terjebak dalam rutinitas yang santai dan menunda-nunda persiapan UTS. Mereka cenderung mengalami kesulitan untuk memulai belajar, terganggu oleh kelelahan atau bahkan merasa kewalahan dengan tumpukan materi yang harus disusul. Faktor lain seperti adaptasi kembali ke lingkungan kampus dan pengaturan ulang ritme tidur juga sering menjadi hambatan.
Kembali ke Ritme Akademik
Bagi mahasiswa yang kesulitannya berat dalam transisi kembali ke kehidupan akademik pasca-Lebaran, beberapa strategi bisa diterapkan untuk membantu mengatasi ‘mager’ dan meningkatkan produktivitas. Langkah pertama adalah membuat jadwal harian yang tidak hanya realistis, tetapi juga fleksibel. Menetapkan tujuan yang dapat dicapai setiap hari dapat membantu dalam mengatur ritme belajar yang baik.
Beberapa mahasiswa mungkin merasa lebih produktif di perpustakaan, sedangkan yang lain mungkin lebih suka belajar di kafe atau di ruang terbuka. Menemukan tempat yang paling mendukung produktivitas mereka adalah kunci. Tetapkan Prioritas Materi Belajar, semisal mengidentifikasi topik atau materi yang paling sulit dan memprioritaskannya dalam jadwal belajar dapat membantu dalam mengatasi beban belajar yang berat secara bertahap.
Gunakan Teknik Pomodoro, teknik ini melibatkan belajar dalam blok waktu 25 menit diikuti dengan istirahat 5 menit. Ini membantu dalam mempertahankan konsentrasi dan mencegah kelelahan mental. Kemudian juga harus menjaga kesehatan fisik dan mental yang tidak kalah penting seperti menjaga asupan makanan yang sehat, cukup istirahat, dan melakukan olahraga secara teratur untuk meningkatkan energi dan konsentrasi.
Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam mendukung mahasiswa dalam kedua spektrum ini. Mengadakan sesi konseling, menyediakan materi pembelajaran tambahan, dan memberikan kebijakan yang fleksibel terkait pengumpulan tugas bisa sangat membantu. Selain itu, dosen dan pengajar bisa lebih proaktif dalam menawarkan bimbingan atau konsultasi untuk mahasiswa yang membutuhkan bantuan lebih.
UTS merupakan periode yang menuntut dan sering kali menjadi ujian tidak hanya terhadap pengetahuan akademis tetapi juga kemampuan mahasiswa dalam mengelola waktu dan motivasi belajar. Periode pasca-Lebaran menambahkan tantangan tambahan dalam bentuk kelelahan dan penyesuaian kembali ke kehidupan kampus. Dengan strategi yang tepat dan dukungan yang memadai, mahasiswa dapat mengatasi tantangan ini dan berprestasi dalam UTS mereka, sementara institusi pendidikan dapat berperan penting dalam memfasilitasi transisi ini menjadi lebih mulus.
Oleh: Hanif Syairafi Wiratama (Mahasiswa PAI)