Generasi Perempuan Milenial Haruskah Terjun ke Politik ?
Pembahasan mengenai perempuan memang tak akan pernah ada habisnya. Mahluk ciptaan Tuhan yang satu ini memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri yang menjadikannya berbeda dengan laki-laki.
Dalam interaksi sosial-budaya yang terjadi di Indonesia, sebagian besar masyarakat masih terpaku pada budaya patriarki yang menempatkan posisi laki-laki di atas perempuan serta merendahkan peran dan kemampuan perempuan.
Hal ini tentu mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap perempuan itu sendiri ditinjau dari berbagai aspek seperti agama, kekuasaan, ekonomi, dan lain-lain.
Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat para pejuang feminisme untuk menjunjung tinggi hak-hak perempuan agar bisa setara dengan laki-laki di ruang publik.
Terutama hak untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin dan mewujudkan cita-cita tanpa takut dengan persepsi-persepsi masyarakat di sekitarnya.
Sejarah mencatat banyak perempuan tangguh yang berhasil membuktikan kemampuannya serta menjadi motivasi bagi perempuan lain agar lebih berani dan gigih dalam mencapai impian.
Mereka seperti R. A. Kartini yang memperjuangkan pendidikan perempuan dengan mendirikan sekolah khusus perempuan, Megawati Soekarno Putri sebagai presiden pertama perempuan yang mematahkan stigma bahwa perempuan tidak bisa jadi pemimpin negara, Susi Pudjiastuti seorang menteri kelautan dan perikanan yang tegas dalam menegakkan hukum, ini membuktikan bahwa perempuan bukan mahluk yang lemah dalam bersikap dan menegakkan keadilan.
Tokoh-tokoh pejuang feminisme tentunya menjadi role model yang dapat dicontoh keberanian dan perjuangannya oleh generasi perempuan milenial. Selain 3 nama tersebut masih banyak perempuan-perempuan pejuang feminisme yang berhasil mencapai kesuksesannya di bidang masing-masing tanpa harus merasa terikat pada budaya patriarki.
Indonesia adalah negara hukum dan demokrasi, yaitu negara yang menganut paham kebebasan berpendapat bagi seluruh masyarakatnya tanpa ada diskriminasi dalam hal apapun. Selain itu, seluruh rakyat memiliki hak yang sama di depan hukum.
Seperti yang kita ketahui bentuk pemerintahan demokrasi di Indonesia merupakan bentuk pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Oleh sebab itu partisipasi seluruh warga dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing sangat diperlukan.
Tak terkecuali perempuan sebagai bagian dari rakyat Indonesia, perlu mengambil peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
Mengapa masih sedikit sekali keterlibatan perempuan dalam partai politik? Padahal separuh dari jumlah penduduk Indonesia adalah perempuan. Adanya partai politik menjadi wadah untuk menampung aspirasi masyarakat, yang tujuannya yaitu mengatur kebijakan-kebijakan negara untuk pembentukan undang-undang.
Termasuk di dalamnya aspirasi dari kaum perempuan itu sendiri. Banyaknya kasus kriminal yang melibatkan perempuan seperti pelecehan seksual, KDRT, prostitusi, dan lain-lain menuntut adanya penyelesaian hukum yang adil dan tegas.
Sehingga, ketercukupan kuota anggota partai politik perempuan diharapkan dapat memaksimalkan tersampaikannya suara-suara kaum perempuan yang mungkin masih belum terdengar. Hal inilah yang menjadi landasan terbentuknya UU No. 12 Tahun 2003 yang mengatur tentang ketentuan partai politik peserta pemilu harus melibatkan sekurang-kurangnya 30% dari kaum perempuan.
Banyak hal yang dapat mengakibatkan rendahnya partisipasi kaum perempuan dalam ranah politik. Di antaranya seperti ada pembatasan ruang gerak, kurangnya pendidikan politik, kurangnya minat kaum perempuan, kemungkinan terjadinya nepotisme dalam partai politik, dan lain-lain.
Lalu apa yang dapat dilakukan generasi perempuan milenial untuk meningkatkan partisipasi kaum perempuan dalam ranah politik? Hal yang paling mendasar dari permasalahan ini adalah kurangnya pendidikan politik terhadap kaum perempuan muda.
Seperti yang kita ketahui, pendidikan formal di Indonesia tidak mempelajari politik secara spesifik. Pembahasannya yang terangkum dalam mata pelajaran PKN hanya seputar bagaimana cara menjadi warga negara yang baik, serta mengetahui struktur pemerintahan negara dan fungsinya masing-masing.
Maka sebagai generasi perempuan milenial, setidaknya ada 3 hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam ranah politik.
Pertama, yaitu menambah wawasan tentang dunia politik. Kurangnya pengetahuan tentunya berpengaruh pada kurangnya peminat. Tidak cukup hanya mempelajari mata pelajaran PKN di sekolah namun juga belajar dari hal-hal yang berada di luar sekolah, seperti internet. Kita dapat dengan mudah memanfaatkan kecanggihan media sosial seperti melihat video edukasi politik di youtube, instagram, ataupun membaca referensi terkait dari jurnal-jurnal di google.
Kedua, mengubah persepsi generasi perempuan milenial mengenai budaya patriarki. Sebagai generasi milenial, kita harus bisa merombak pemikiran lama yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Perempuan tidak lagi harus dikekang oleh keadaan, melakukan pekerjaan sesuai dengan yang orang-orang inginkan.
Perempuan sudah waktunya untuk menjemput kebebasan, tidak lagi terjerat dibawah “kekuasaan laki-laki”. Generasi perempuan milenial harus bangkit, tanamkan pada hati nurani bahwa perempuan bisa berambisi dengan bebas. Setiap perempuan berharga, setiap perempuan berdaya, dan setiap perempuan bisa meraih cita-citanya.
Ketiga, memperbanyak pengalaman yang dapat menunjang bertambahnya partisipasi perempuan dalam ranah politik di kemudian hari. Seperti kalimat bijak yang sering kita dengar, pengalaman adalah guru terbaik. Semakin banyak pengalaman yang kita dapat, semakin banyak bekal dan pelajaran yang kita miliki untuk menghadapi hari esok. Untuk membentuk generasi penerus yang melek politik, kita harus memperbanyak pengalaman keorganisasian.
Generasi muda sudah seharusnya mencoba banyak hal baru, ikut organisasi yang dapat mengembangkan kemampuan diri, melatih kepemimpinan sejak dini, bertemu banyak orang untuk menambah relasi.
Masa muda hanya dapat dibeli oleh pengalaman, maka dari itu fokuslah untuk mengembangkan potensi diri dan meraih prestasi setinggi mungkin. Ukirlah sejarah yang mengesankan dengan mencantumkan nama-nama perempuan di kursi parlemen.
Buatlah dunia terbungkam dengan kemampuan perempuan-permpuan milenial Indonesia di masa mendatang yang dapat mensejahterakan Indonesia dengan partisipasinya di ranah politik. Yakinlah Indonesia hebat dengan perempuan yang cerdas dan kuat. Salam perjuangan perempuan.
Penulis : Firza Nada Aulia
Editor : Redaksi