Nobar: Jejak Langkah 2 Ulama
Islamikaonline.com – IMM Muhammad Abduh FAI UMS menyelenggarakan acara Nonton Bareng Jejak Langkah 2 Ulama dalam rangka memeriahkan semarak Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Solo. Acara ini diadakan pada hari Kamis, 27 Oktober 2022 di Auditorium Muhammad Djazman. Acara nonton bareng ini terbagi menjadi tiga sesi penayangan. Sesi pagi pukul 08.00-10.30, sesi siang pukul 12.30-15.00, dan sesi sore pukul 15.15-17.45 dengan kapasistas setiap sesinya 450-500 penonton. Pada sesi pagi, sebelum film diputar terdapat sambutan dari Mutaqillah Ahmad selaku Ketum PK IMM Muhammad Abduh dan Pak Wiwaha selaku Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sukoharjo.
Nonton bareng Jejak Langkah 2 Ulama ini bermula dari tawaran Pimpinan Muhammadiyah untuk memeriahkan semarak Muktamar dan Aisyiyah di UMS, yang kemudian diterima oleh IMM Abduh. IMM Abduh sangat antusias dalam menyelenggarakannya, bahkan poster nonton bareng ini sudah tersebar tiga pekan sebelum hari-H. Tak hanya itu, tiga hari sebelumnya, pada hari Senin 24 Oktober 2022 IMM Abduh oleh bidang Tabligh dan Kajian Keislaman mengadakan Diskusi Panel “Pra-Nobar Film” dengan menghadirkan Ketum PC IPNU Surakarta, Ashil Musthofa Gufron bersama Ketum PK IMM Abduh, Mutaqillah Ahmad. Semakin mantap menyambut acara dengan diskusi bareng ini. Apalagi mengundang dua ormas, dari pemuda NU dan Muhammadiyah. Semakin jelas bahwa perbedaan itu bukan masalah atau salah, tapi indah dan senang bila saling memahami.
Selaras dengan itu, film yang diinisasi oleh Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama Pondok Pesantren Tebuireng ini benar-benar membuat menyadarkan kembali tentang memahami perbedaan dan menjunjung persamaan. Film ini mengisahkan tentang perjuangan dua ulama besar dalam menegakkan agama di bumi Indonesia ini. Perjalanan hidup dua ulama besar Nusantara berdasarkan kisah nyata tentang lika-likunya membentuk organisasi islam yang sampai saat ini masih eksis di masyarakat.
Dari film ini juga kita tahu hubungan antara K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari yang begitu dekat, bahkan pernah berguru di guru yang sama yaitu saat di Semarang, mereka berguru kepada KH Saleh Darat dan di Mekkah, mereka belajar kepada KH Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah dan NU bukan ormas yang saling bermusuhan, tapi justru saling bersahabat sebab pendirinya saja bisa menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Dalam film tersebut, ada satu scene yang mengisahkan satu orang yang tak menyukai K.H. Ahmad Dahlan kemudian mengadunya kepada K.H. Hasyim Asyari di Tebuireng. Namun apa yang dikatakan sang kyai saat orang ini mengadu bahwa Ahmad Dahlan ini sesat? K.H. Hasyim Asyari justru meyakinkan orang ini bahwa kang mas Darwis atau K.H. Ahmad Dahlan adalah orang soleh yang berilmu sehingga tak mungkin beliau mengajarkan yang sesat melainkan dia tau apa yang dikerjakannya.
Film ini sangat mendidik bagi kaum milenial karena memiliki nilai moral dan amanat yang patut untuk dicontoh. Selain itu, setelah menonton film ini dipastikan akan semakin tumbuh rasa bangga dengan dua ormas ini, Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama. Dan benarlah, film ini sangat tepat untuk menyambut Muktamar ke 48 karena mengisahkan tentang perjuangan K.H. Ahmad Dahlan. Mengingatkan kembali tentang perjuangan Muhammadiyah dari awal, yang ditolak, dibenci, dibakar, dan berbagai rintangannya. Agar menjadi pengingat, penggerak, dan penyemangat untuk semakin bermanfaat pada masyarakat juga menyebarkan islam di bumi.
Dalam wawancara terhadap peserta, dirinya mengungkapkan bahwa “Lumayan bagus sekali ya….Karena saya sepertinya ada hal yang mungkin kita yang rasa ini merupakan suatu kebanggaan dan ada kebahagiaan yang kita khususnya dari muhammadiyah karena ya, berjuang Zaman dahulu hingga zaman sekarang masih dikenang. Pertama sekarang Jasa-jasa beliau yang sudah almarhum sekarang kan tentunya sudah melahirkan banyak-banyak karya kepada masyarakat dan seluruh lapisan umat muslim, khususnya di Indonesia.” Ujar Abiyyul Ridho, Mahasiswa PAI UMS
Disamping itu,juga terdapat siswi kelas X SMA Al Islam 1 Surakarta sebagai peserta dalam nonton film ini, Khairus Naswa “Masya Allah banget, jadi saya bisa tahu ilmu lebih banyak lagi, juga terkait pendiri Muhammadiyah siapa dan pendiri Nahdlatul Ulama siapa. Pesan saya buat seluruh masyarakat indonesia sama-sama ajaran sunnah yang sama dari Rasululloh SAW mengikuti ajaran yang sama jadi kita tidak boleh saling membeda-bedakan”.
- Reporter: Putri Komala Sari, Yahsyalloh Al Mansyur
- Editor: Tim Redaksi