Menakar Efektivitas Aktivitas Pendidikan di Masa Pandemi
islamikaonline.com Kamis, (14/5) Bidang Pengembangan Intelektual dan Keislaman (PIK) Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (HMP PAI UMS) mengadakan Diskusi Santai (Disita) dengan tema “Menakar Efektivitas Aktivitas Pendidikan ditengah Pandemi”. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui aplikasi WhatsApp Group. Pemateri dalam diskusi ini adalah saudara Irawan selaku mahasiswa PAI berprestasi dan Ketua bidang organisasi IMM cabang Sukoharjo.
Diskusi ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai program studi di UMS maupun di luar UMS. Diskusi ini dimulai pukul 20.00 WIB yang diawali dengan pengenalan singkat mengenai bidang Pengembangan Intelektual dan Keislaman (PIK) sebagai salah satu bidang yang dimiliki oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan agama Islam (HMP PAI ). bidang PIK merupakan suatu bidang yang berfokus pada pengembangan intelektual mahasiswa yang meliputi pendidikan serta fenomena yang terjadi di masyarakat dan berfokus pada pengembangan serta pendalaman keislaman mahasiswa.
Irawan selaku pemateri mengatakan bahwa pendidikan merupakan sesuatu hal yang perlu diperhatikan, sebab pendidikan merupakan amanah proklamasi yang segenting apapun kondisinya aktivitas pendidikan harus terus dilakukan.
Namun dengan adanya pandemi covid-19 yang sedang melanda dunia tak terkecuali negara Indonesia, aktivitas pendidikan mengalami hambatan. Dalam artikel karyanya yang berjudul “Kuliah Online itu Tidak Efektif” dikatakan bahwa memang kuliah online itu tidak efektif.
“Kuliah online itu tidak efektif. Namun yang perlu digarisbawahi adalah untuk saat ini hanya sebatas itu yang bisa dilakukan yakni kuliah daring tidak bisa yang lain. Namun jika dibandingkan dengan tatap muka kuliah langsung pastinya efektif kuliah langsung. Dari sini kita perlu mengelaborasi aktivitas yang dirasa memang ini kuliah online yang paling efektif sekarang, tapi tata cara prosedurnya apakah sudah efektif?” Ujar Irawan.
Irawan mengatakan bahwa dengan adanya pandemi covid-19 ini, aktivitas pendidikan secara tatap muka diliburkan. Apabila melihat kebijakan pemerintah dimana Presiden Jokowi menginginkan kepastian waktu puncak pandemi ini turun, maka para menteri telah membuat wacana waktu aktivitas pendidikan mulai aktif kembali sekitar bulan Juni atau Juli. Namun apabila melihat keadaan sekarang dimana jumlah kasus pasien covid-19 terus mengalami peningkatan tanpa ada tanda-tanda akan menurun kemungkinan pandemi ini akan berlangsung lebih lama. Hal ini karena faktor “ndablegnya” warga Indonesia dan kebijakan-kebijakan yang masih bimbang dari pusat.
Irawan mengatakan bahwa ia telah melakukan riset mengenai kegagapan para siswa dan guru di beberapa sekolah selama sekolah daring. Hasil riset menyatakan bahwa masih gagapnya siswa dan guru dalam melaksanakan aktivitas pendidikan secara daring dikarenakan situasi yang mendadak. Hal ini juga terjadi antara mahasiswa dan dosen dimana aktivitas perkuliahan secara daring ini masih tidak jelas dan belum dalam satu frame sehingga dampaknya mahasiswa diharuskan untuk mempelajari aplikasi-aplikasi baru yang digunakan oleh setiap dosen.
Dalam kondisi seperti ini, penyusunan silabus perkuliahan daring sangat diperlukan karena mampu mengatur arah perkuliahan sehingga sistem perkuliahan tidak berbeda-beda disetiap dosennya.
“Dampak corona dalam aktivitas pendidikan ada 40-an juta lebih. Karena itu perlunya membuat silabus dari kampus, atau minimal dari FAI mengusulkan agar silabus kuliah daring jelas dan satu arah sehingga bukan semaunya dosen. Maka dari itu kita perlu menyuarakan hal ini agar perkuliahan menjadi efektif kembali. Tentu banyak kebijakan kuota gratis atau bantuan-bantuan yang tentunya bagus. Tetapi jika tidak ada prosedur yang jelas, itu sama saja. Maka kita sebagai orang yang paham perihal ini harus menyuarakannya.” Ujar Irawan
Irawan selaku pemateri pada diskusi ini mengajak para peserta diskusi untuk mau menyuarakan hal-hal yang perlu disuarakan demi kebaikan bersama. Selain itu dalam menjawab salah satu pertanyaan dari peserta mengenai hal-hal yang harus dibenahi dalam penyampaian pembelajaran secara daring agar lebih efektif, ia mengatakan bahwa dengan adanya pandemi ini kita dapat mengambil hikmahnya bahwa tidak semua pendidikan harus melalui tatap muka. Dunia ini akan terus mengalami perubahan, oleh karenanya kita sebagai calon pendidik dimasa depan perlu mempelajari hal itu. Dari sebuah kata-kata yang secara tegas berbunyi “kamu memilih menyesuaikan zaman atau tertinggal di pecundang zaman” memberikan gambaran bahwa kita perlu meng-upgrade diri kita agar mampu menyesuaikan zaman.
Menurutnya, cara yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk berperan dalam aktivitas pendidikan yang kurang efektif ini adalah melakukan diskusi sehingga mampu membuka mata seseorang bahwa ada sesuatu yang perlu direspon atau dari kebijakan-kebijakan lain yang perlu direspon. Selain itu apabila mahasiswa ingin berperan secara individual bisa melalui karya dengan mengirimkan karyanya berupa tulisan atau yang lainnya ke media sosial dengan tujuan membuat para pembaca yang belum mengetahui sesuatu menjadi tahu dan masih banyak cara lain yang bisa digunakan oleh mahasiswa dalam menyuarakan hal-hal yang perlu disuarakan demi kebaikan bersama.
Reporter :
Linda Isma Cahyaningrum