Jarak Antara Orang yang Beriman dengan Keberuntungan
Surah Al-Mu’minun adalah surah ke 23 dalam Al-Qur’an yang memiliki 118 ayat. Surah ini dinamai “Al-Mu’minun” yang berarti “orang-orang yang beriman”. Ayat pertama dari surah ini berbunyi; قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ yang artinya “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman”.
Ayat ini memiliki makna yang sangat dalam dan menjadi pembuka bagi serangkaian ayat yang menjelaskan ciri-ciri orang yang beriman yang beruntung menurut pandangan Allah swt. Dalam refleksi ini kita fokus membahas ayat pertama saja.
Dalam ayat tersebut kata “aflaha” berasal dari kata “al-falh”yang berarti membelah/membalik tanah. Dari sini petani dinamai “Al-Fallah” karena dia mencangkul untuk membelah dan membalik tanah yang akan ditaburi benih tanaman. Benih yang ditanami iu selanjutnya akan dirawat dengan sepenuh hati, diberikan pupuk yang memadai dan diberikan saluran irigasi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Kalau kata Qur’an Review di dalam bukunya yang berjudul “30 Days Make It Better” ayat ini relate banget dengan anak Fakultas Pertanian atau orang-orang yang tinggal di Desa atau pernah membantu pekerjaan para Petani di sawah. Jadi bisa dibilang orang beriman itu ibaratnya seperti Petani. Kenapa bisa gitu? Karena para Petani serius dalam menjalankan pekerjaannya dan berani untuk melawan rasa malasnya. Tau tidak Petani itu gimana cara kerjanya? Petani menanam dengan memilih benih yang paling bagus diantara benih yang lainnya, dirawat baik-baik, disirami, diberikan pupuk, dilindungi dari hama penyakit yang bisa membahayakan tanamannya.
Lalu muncul pertanyaan, apakah pada saat itu juga petani bisa memetik hasil dari jerih payahnya? Jawabannya tentu tidak. Bahkan para Petani harus menunggu dalam jangka waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang bertahun-tahun untuk bisa panen dan merasakan hasilnya.
Petani itu sangat sabar, makanya jangan heran kalau biasanya anak Fakultas Pertanian atau anak Petani itu orangnya sabar-sabaran karena mereka sudah terlatih, terbiasa dengan arti sebuah proses yang panjang. Petani harus ninggu waktu yang lama untuk panen dan bisa merasakan hasilnya. Dalam waktu lama tersebut, petani terus memberikan yang terbaik untuk tanamannya. Petani terus menyirami, memeberi pupuk dan menjaga tanamannya, sebab dia yakin, kalau prosesnya dilewati dengan baik, nanti hasil panennya juga akan baik.
Begitu juga halnya dengan orang yang beriman. Seorang yang melakukan kebaikan dan amal shaleh seperti Shalat, Puasa, Sedekah dan amalan lainnya, hendaknya kita tidak segera mengharapkan hasil dalam waktu singkat dan instan. Kita tidak bisa melihat hasilnya sekarang, sebab kita harus sadar kalau sekarang belum waktunya untuk panen dan menikmati hasilnya. Kita akan menikmati hasil jerih payah kita, hasil panen kita terhadap amal-amalan ibadah kita di Dunia pada saat kita sudah berada di akhirat nanti.
Dan juga yang harus kita sadari adalah sebagaimana halnya Petani yang terus memberikan terbaik dalam proses tumbuh tanamannya. Lalu dia yakin bahwa proses yang baik, akan mendapatkan hasil panen yang baik pula. Maka kita sebagai orang yang Beriman juga harus melakukan demikian.
Sabar dalam menhadapi setiap proses kehidupan, berikan yang terbaik dalam ibadah-ibadah kita, dalam setiap langkah kehidupan kita, sirami dan kasih pupuknya dengan ibadah sunnah dan membaca Al-Qur’an, agar kelak di Akhirat nanti, kita bisa menikmati hasil panen kita, kita bisa meraskaan buah manis dari jerih payah kita selama hidup di Dunia.
Kalau kita perhatikan kembali ayatnya, قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ, diawali dengan kata qod yang artinya sungguh atau benar-benar. Selain itu, kata qod juga memiliki makna sesuatu yang dekat. Kita tidak asing lagi dengan kata tersebut, sering kita dengarkan setiap waktu shlata, yaitu pada saat iqomah قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ ،قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ
kalau kita mau hitung jarak antar sahlat dan iqomah sangat dekat, bahkan ketika iqomah selesai dikumandangkan langsung dilanjutkan dengan shalat.
Maka sebagaimana jarak antar Iqomah dan shalat, seperti itu pula jarak antara orang yang beriman dengan keberuntungan, jarak antar orang beriman dengan kesuksesan dunia akhirat. Kalau kita mau maknai ayatnya lagi seperti ini “Sungguh orang-orang beriman itu sangat dekat dengan keberuntungan, sangat dekat dengan kesuksesan.
Penulis : Baso Muhammad Wahidin (Mahasiswa Prodi IQT UMS)