Ruang Aspirasi Mahasiswa: “Menyikapi Surat Edaran Rektor, Siapkah FAI Kuliah Tatap Muka?”
Islamikaonline.com- DPM atau Dewan Perwakilan Mahasiswa mengadakan acara “Ruang Aspirasi” bagi seluruh Warga Fakultas Agama Islam. Pada hari Kamis, 16 September 2021, dimulai pukul 19.30 dan diakhiri pukul 21.45. Menghadirkan segenap jajaran pengurus FAI dan juga mahasiswa/mahasiswi FAI yang telah meluangkan waktu mereka. Acara yang menggunakan media Zoom itu mengangkat tema “Menyikapi Surat Edaran Rektor, Siapkah FAI Kuliah Tatap Muka?”
Dibuka dengan bacaan Basmallah, acara pada malam hari itu dihadiri sekitar 260 partisipan. Program yang menjadi unggulan bagi DPM ini memiliki tujuan untuk melayani seluruh mahasiswa/mahasiswi guna kemajuan FAI dan kenyamanan seluruh warga FAI yang mungkin memiliki masalah.
Dr. Syamsul Hidayat, M. Ag. selaku Dekan FAI memberikan kata sambutan di awal acara, beliau mengungkapkan bahwa, “Banyak anak yang dari luar Jawa. Jika ditanya FAI siap melaksanakan luring tidak? ya tentu saja siap. Namun faktor-faktor seperti yang disampaikan tersebut membuat tidak siap.”
Ruang aspirasi ini mengharapkan seluruh mahasiswa/mahasiswi yang mengikuti acara untuk aktif dalam menyampaikan aspirasinya dari awal hingga selesai.
Melansir dari surat edaran rektor nomor 805/A.6-II/BR/IX/2021. memiliki poin penting yang cukup menarik seperti poin 2 dan poin 2. g. yang bisa dilihat pada lampiran. Surat ini yang membuat keresahan mahasiswa, apakah tanggal 20 September 2021 FAI benar-benar resmi akan mengadakan perkuliahan tatap muka?
Untuk memeriahkan acara agar tidak terkesan kaku, DPM membuat sebuah polling yang harus diisi oleh semua partisipan yang hadir dalam Ruang Aspirasi tersebut. Polling tersebut berisi pendapat semua orang apakah mereka siap kuliah tatap muka, ragu-ragu, atau bahkan tidak siap. Menurut polling yang dilakukan, sekitar 194 partisipan memilih siap untuk kuliah tatap muka.
Retno Windarwati selaku mahasiswi Pendidikan Agama Islam yang memilih siap perkuliahan tatap muka memiliki pendapat, “Kuliah offline jauh lebih optimal, jika online kurang optimal. Apalagi dalam bertanya. Terkadang ilmu yang disampaikan dosen kurang masuk jika menggunakan sistem perkuliahan daring.”
Razizilhakim mahasiswa PAI berpendapat bahwa, “PTM yang dilakukan lebih dari satu bulan mungkin orang-orang yang ada di luar Jawa bisa mengikuti. Namun, jika hanya dilakukan satu bulan saja itu akan memberatkan bagi mereka yang domisilinya di luar kota Solo. Dalam arti orang-orang yang ada di luar Jawa itu susah setuju dengan mempertimbangkan biaya lain seperti tes PCR, ongkos pulang-pergi, sewa kos, uang makan, dll. Bukan karena tidak siap, semua orang siap, namun itu mungkin hanya berlaku bagi orang yang mempunyai materi lebih untuk ongkos pulang-pergi. Ini menjadi bahan pertimbangan bagi orang-orang yang berada di luar Jawa, tidak mungkin kan mereka hanya satu bulan di Solo.”
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan lebih lanjut dalam perkuliahan offline, seperti apakah ruangan cukup. Pada dasarnya, semua elemen warga FAI juga sudah kangen akan perkuliahan tatap muka di kampus, tidak bisa dipungkiri hal ini juga dirasakan seluruh mahasiswa/mahasiswi. Tapi yang harus kita pikirkan lebih jauh itu apakah pertimbangan-pertimbangan itu mampu untuk direalisasikan.
Fakultas akan mendiskusikan lagi atas pandangan-pandangan yang disampaikan pada malam hari kemarin. Namun untuk kepastian apakah tanggal 20 September 2021 FAI jadi melaksanakan perkuliahan tatap muka ini belum bisa disampaikan dengan pasti. Kebijakan ini bukan semata karena bisa diputuskan oleh satu orang, tetapi harus ada pertimbangan dan akan diadakan rapat pengurus untuk menjawab aspirasi tersebut.
Permasalahan yang bisa digarisbawahi adalah tidak semua mahasiswa/mahasiswi UMS adalah orang Solo. Jadi, ini menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan karena kita tidak tahu keadaan dari daerah tertentu, apakah daerah itu aman atau tidak. Kebijakan penerapan ini tidak hanya dipertimbangkan oleh kampus, tetapi juga oleh satgas covid dan Pimpinan Muhammadiyah. Jika bertanya mengenai sarana dan prasarana, FAI sudah siap dalam melakukan perkuliahan offline. Seperti fasilitas tempat cuci tangan, ruangan yang disemprot disinfektan setiap 3 hari sekali, dan cek suhu.
“Kalau kita tidak hati-hati, kita akan membangun cluster baru. Yaitu cluster kampus,” ucap Drs. Suharjianto, M. Ag.
“Pertemuan pada tanggal 20 September 2021 hingga 4 pekan kedepan masih menggunakan sistem daring sambil melakukan evaluasi lebih lanjut, namun akan dicari pola yang paling pas guna perkuliahan offline. Selama 4 pekan tersebut apa yang akan dipersiapkan oleh dosen maupun mahasiswa harus jelas, kita juga memikirkan kedepannya agar kebijakan ini tidak menjadi salah satu cluster Covid yang bertambah parah di Indonesia.” Jelas Dr. Syamsul Hidayat, M. Ag. Sebagai jawaban akhir dari acara Ruang Aspirasi ini.
- Reporter: Iffah Zulfa S
- Editor: Tim Redaksi