PEMILIHAN KETUA UMUM HMP PAI 2022: ADAKAH KECURANGAN?
Islamikaonline.com — (22/12/2022) Pada hari Jumat sampai Ahad tanggal 16-18 Desember 2022, HMP PAI mengadakan Musyawarah Besar yang merupakan acara tertinggi sekaligus puncak akhir dari periode ini. Dalam Mubes tersebut terdapat pergantian pengurus dengan pemilihan ketua umum yang baru. Namun kenyataanya, belum dua puluh empat jam setelah acara mubes dan pengesahan ketum yang baru selesai, HMP PAI mendapatkan terpaan berita miring tentang pemilihan formatur yang tidak transparan. Benarkah ada kecurangan?
Berita ini mulai panas sejak re-tweet UMS fess muncul, yang kemudian disusul ramai di instagram @dpn.ums. Dalam cuitannya yang ramai, mengkritisi tidak adanya transparansi dan menduga adanya kecurangan beberapa kepentingan. Dalam postingannya di instagram @dpn.ums juga dibanjiri komentar negatif yang mendukung argument si pengirim tweet. Lantas dalam kenyataannya, benarkah?
Saksi peserta penuh mubes mengakui bahwa, saat kejadian pemilihan formatur tidak terjadi kericuhan dan forum sepakat dalam pengesahan suara. “Tidak ada kericuhan, sudah ditanyakan ‘apakah sah?’. Diam tidak ada tuntutan. Harusnya kalau tidak terima, disampaikan, tapi tidak ada feedback apapun saat itu, jadi kita anggap clear. Eh, ternyata esoknya baru muncul berita itu”, ucap F peserta mubes.
Lebih jelas, alur pemilihannya. Pemilihan ketua umum dipilih oleh formatur terpilih yang berjumlah Sembilan orang. Formatur terpilih dipilih oleh peserta penuh Mubes menggunakan google form yang disediakan oleh Panlih. Panlih menegaskan bahwa mereka memang kurang persiapan, terbukti banyak CV dan rekam jejak calon formatur yang tertukar. Hal ini terjadi karena waktu yang cepat, dari pengesahan panlih kemudian pembacaan CV dan rekam jejak, kemudian langsung pemilihan. Panlih memang kurang diberi waktu panjang.
Internal HMP mengakui bahwa adanya kendala dalam mubes ini, “Tempat dibatasin. Jam 9 harus selesai karena akan mengganggu sekitar, sehingga benar, kita terburu waktu”.
Pemungutan suara menggunakan google form, ini dipilih karena lebih efisien waktu dan juga mengikuti pemilihan formatur tahun lalu. Google form ini di-setting oleh Panlih hanya bisa diisi satu kali. “Semua orang hanya bisa mengisi satu kali, sebab disiapkan kode, tiap orang punya kode yg berbeda. Kodenya berupa angka misal ‘J3598’, sehingga tidak adanya double suara”, jelas Y salah satu Panlih. Hasil pemilihan, terdapat 68 suara sah dan 4 suara tidak sah, jumlah total suara ada 72. Suara yang tidak sah ini dikarenakan kode yang tidak terverifikasi dengan munculnya tanda silang dalam datanya. Dan saat pembacaan hasil suara, ditampilkan suara yang tidak sah, jelas dengan alasannya.
Lantas dimana kejanggalannya?
Salah satu saksi peserta Mubes berpendapat, “terkejut kenapa mereka turun kebawah (meminta waktu untuk menghitung suara). Sudah menyarankan buat transparansi. Karena tahun lalu itu juga tidak ada, yang disayangkan kemarin, mereka itu turun ke bawah jadi adanya pikiran-pikiran negatif. Ya mungkin mereka punya pikiran mendadak biar lebih kondusif”, ucap F peserta Mubes.
Panlih menjelaskan alasannya, “Alasan kita turun, karena spontan biar ngitungnya tidak terganggu, sepi. Sebelum turun, kita meminta izin ke forum dan diizinkan”, ucap Y salah satu Panlih.
Memang tidak adanya transparansi?
Dijelaskan oleh peserta Mubes bahwa memang saat pembacaan hasil suara, tidak diperlihat google form atau spreedshetnya. Semua data hasil, sudah dipindahkan di word, rapih dengan jumlah total suaranya (sebagaimana foto yang beredar). Panlih menjelaskan alasannya kenapa tidak diperlihatkan google form dan langsung dipindah di word, “Kenapa tidak ditampilkan. Karena kami memiliki hati nurani, bukan ego. Karena ada suara yang nol. Ga ada yg milih, sehingga ditampilkan di word”, ucap Y salah satu panlih.
Panlih sendiri menjamin bahwa suara yang mereka hitung adalah suara yang sebenarnya, tidak dibuat-buat atau dirubah. Mereka hanya memindahkan dari spreadsheet ke word. “Sumpah demi Allah, kami tidak merubah. Kalau memang tidak percaya, datanya masih ada di saya, bisa dilihat. Utuh, tidak diotak-atik”, ucap Y salah satu Panlih.
“Kalau memang ada kecurangan yang dalam word itu, datanya masih ada, bisa dilihat di spreedsheetnya, dan itu masih ada asli”, perjelas panlih.
“Lagian saat selesai pembacaan hasil suara, ditanyakan pada forum, ‘apakah suara bisa dianggap sah?’ semua sepakat menjawab sah”, jelas salah satu peserta penuh.
“Tidak ada yang menyanggah, tidak ada yang order. Semua menerima hasil suara. Lagian kalau ada yang meminta ditampilkan spreedsheetnya, kami akan beri lihat saat itu juga. Tapi apa? Tidak ada sanggahan, tidak ada yang order:, jelas salah satu panlih.
Panlih menyebutkan bahwa alasan mereka tidak menampilkan langsung google formnya adalah untuk menjaga hati para calon formatur yang tidak memilki suara sama sekali. Dan mereka menegaskan, berani untuk membuka spreedsheetnya sebagai bukti nyata keaslian perhitungan suara.
Benar ada kecurangan?
Usut punya usut, memang ada pihak yang merasa dicurangi dari pemilihan itu. Dan memang ada oknum yang melakukan kecurangan. Namun hal ini, di lingkup internal HMP PAI sudah melakukan tabayyun pada hari Selasa dan sudah damai dari semua pihak.
Saksi menjelaskan, “Memang ada empat orang yang terlibat di salah satu bidang. Mereka melakukan ‘rekomendasi’ suara. Rekomendasi ini ditujukan pada dua orang yang tidak hadir saat mubes, dan mereka berfikir bahwa mereka juga memiliki hak suara”.
“Sebenernya ini ga bisa dibilang curang si, karena cuman rekomendasi dan hanya di empat orang ini aja”, pendapat yang lain.
- Reporter: Putri Komala Sari
- Editor: Tim Redaksi
Pingback: PAI itu Pendidikan Agama Islam atau Pendidikan Anti Intelektual? -