Optimisme dalam Perspektif Al-Qur’an: Kajian atas Surat Asy-Syarh Ayat 5–6 Menurut Tafsir Al-Maraghi
Abstrak
Artikel ini membahas konsep optimisme dalam Al-Qur’an melalui kajian atas Surat Al Insyirah ayat 5–6: “Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” Kajian ini menggunakan pendekatan tafsir tematik (maudhu’i) dan analisis terhadap penafsiran Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi. Penelitian ini menemukan bahwa Al-Qur’an mengajarkan optimisme bukan sebagai sikap emosional sesaat, tetapi sebagai fondasi keimanan yang menumbuhkan keteguhan hati dalam menghadapi ujian. Optimisme Qur’ani berbeda dengan optimisme sekuler karena berakar pada keimanan dan keyakinan bahwa setiap kesulitan telah disertai jalan keluar yang ditetapkan Allah. Nilai ini relevan untuk membangun ketahanan mental masyarakat modern yang sering terjebak dalam keputusasaan hidup.
Kata Kunci: Optimisme, AL-Insyirah, Tafsir Al-Maraghi, Keteguhan Iman, Kesulitan dan Kemudahan.
Pendahuluan
Dalam kehidupan modern, tekanan sosial dan ekonomi sering membuat manusia kehilangan harapan. Angka depresi dan keputusasaan meningkat di berbagai kalangan, termasuk di kalangan pelajar dan mahasiswa. Dalam kondisi seperti ini, pesan optimisme dalam Al-Qur’an menjadi sangat relevan.
Salah satu ayat yang paling populer dalam menumbuhkan semangat optimisme adalah firman Allah dalam Surat Al-Insyirah ayat 5–6:
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ٥ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ٦
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah) [94]: 5–6).
Ayat ini sering dibaca untuk menenangkan hati dalam kesulitan, namun jarang dikaji secara mendalam maknanya. Menurut banyak mufasir, pengulangan ayat ini bukan tanpa maksud, melainkan penegasan bahwa setiap ujian pasti disertai dua kemudahan.
Kajian Teori: Optimisme dalam Perspektif Tafsir dan Psikologi Islam
1. Makna Optimisme dalam Islam
Dalam bahasa Arab, optimisme sering dikaitkan dengan kata raja’ (harap) dan husnuzan (prasangka baik kepada Allah). Dalam pandangan teologi Islam, optimisme adalah sikap batin yang meyakini bahwa rahmat Allah selalu lebih besar daripada kesulitan yang dihadapi.⁽¹⁾
2. Tafsir Al-Maraghi tentang Kesulitan dan Kemudahan
Ahmad Musthafa Al-Maraghi menjelaskan bahwa pengulangan ayat “fa inna ma’al ‘usri yusra” merupakan penegasan bahwa satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan yang Allah sertakan.⁽²⁾ Dengan demikian, ayat ini bukan hanya penghiburan, tetapi juga janji ilahi bahwa setiap ujian hidup pasti memiliki jalan keluar ganda kemudahan di dunia dan pahala di akhirat.
3. Aspek Psikologis Optimisme Qur’ani
Menurut Abdullah Nashih Ulwan, optimisme merupakan tanda iman yang sehat.⁽³⁾ Ia menulis bahwa seorang mukmin sejati tidak boleh larut dalam pesimisme karena keyakinan terhadap janji Allah membuatnya tetap bersemangat berjuang. Optimisme Qur’ani, dengan demikian, berfungsi sebagai terapi psikologis bagi jiwa yang dilanda kecemasan.
Analisis Surat Al-Insyirah Ayat 5–6
Surat Al-Insyirah termasuk surat Makkiyah yang turun untuk menghibur Nabi Muhammad SAW setelah menghadapi berbagai penolakan dalam dakwah. Menurut Al-Maraghi, ayat “fa inna ma’al ‘usri yusra” memiliki dua lapisan makna. Pertama, makna lahiriah bahwa Allah selalu memberikan kemudahan dalam setiap kesulitan hidup. Kedua, makna batiniah bahwa kesulitan itu sendiri membawa kemudahan karena melatih kesabaran dan keikhlasan.⁽⁴⁾
Al-Maraghi juga menafsirkan bahwa kata ‘usr (kesulitan) disebut dengan alif lam ma’rifah (definitif), sementara kata yusr (kemudahan) disebut tanpa alif lam (indefinitif), yang menunjukkan bahwa kemudahan bersifat berlipat ganda dibanding kesulitan.⁽⁵⁾ Secara balaghah, ini merupakan bentuk penegasan linguistik bahwa rahmat Allah selalu melebihi penderitaan manusia.
Pembahasan: Optimisme Qur’ani dalam Kehidupan Modern
Dalam konteks modern, banyak individu mengalami apa yang disebut “krisis makna” — kehilangan arah hidup karena terlalu fokus pada keberhasilan materi. Padahal, Al-Qur’an mengajarkan bahwa optimisme sejati berakar pada keimanan, bukan pada keadaan dunia.
Optimisme Qur’ani mendorong manusia untuk tetap berusaha tanpa kehilangan harapan. Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Al-Maraghi, kemudahan tidak selalu berarti hilangnya ujian, melainkan kemampuan untuk menghadapi ujian dengan hati yang tenang.⁽⁶⁾ Dalam hal ini, ayat tersebut menjadi dasar bagi ketahanan spiritual: seseorang yang optimis tidak menyerah meski diuji berkali-kali, karena ia yakin pertolongan Allah selalu dekat.
Fenomena masyarakat yang bangkit setelah bencana alam, atau mahasiswa yang tetap berjuang meski gagal berkali-kali, merupakan contoh penerapan nilai optimisme Qur’ani. Sikap ini menunjukkan bahwa iman dapat melahirkan energi positif yang mendorong manusia untuk terus bergerak menuju kebaikan.
Kesimpulan
Surat Al-Insyirah ayat 5–6 mengandung pesan optimisme mendalam yang bersumber dari iman. Menurut Tafsir Al-Maraghi, pengulangan ayat tersebut menegaskan janji Allah bahwa setiap kesulitan akan disertai dua kemudahan. Nilai ini sangat relevan bagi masyarakat modern yang kerap dilanda keputusasaan. Optimisme Qur’ani bukanlah harapan kosong, tetapi kepercayaan rasional bahwa rahmat Allah selalu mendahului murka-Nya. Dengan memahami ayat ini, manusia dapat membangun kekuatan batin untuk menghadapi kehidupan yang penuh dinamika dan tantangan.
Penulis : Rauuf Bukhari
Nim : G100230041
Daftar Pustaka
- Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1996.
- Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, 1993.
- Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, Kairo: Dar al-Salam, 2004.
- Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 30, hlm. 214.
- Al-Suyuthi, Asrar al-Takrar fil Qur’an, Kairo: Dar al-Fikr, 1987.
- M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Jakarta: Lentera Hati, 1996.

