Melintasi Dualisme Pendidikan: Cermin Sosial dalam Perspektif Paul Johnson
Pendidikan dalam Perspektif Dualisme oleh Paul Johnson
Pendidikan adalah salah satu elemen kunci dalam struktur sosial suatu masyarakat. Dalam buku teori sosiologi klasik, tema pendidikan sering kali didekati dari berbagai sudut pandang, termasuk pandangan dualisme yang diuraikan oleh Paul Johnson. Dalam perspektifnya, Johnson menyajikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pendidikan menjadi cerminan dari dualisme dalam masyarakat.
Pendidikan selalu menjadi subjek penting dalam diskusi sosiologi klasik. Namun, pandangan Paul Johnson membawa dimensi baru dalam pemahaman kita tentang bagaimana pendidikan tercermin dalam dualisme yang melanda masyarakat. Johnson menyoroti bahwa dualisme mencakup perbedaan dan konflik yang melekat dalam struktur sosial, dan pendidikan menjadi arena di mana dualisme tersebut termanifestasi.
Pendidikan telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai teori sosiologi klasik. Dari karya-karya Emile Durkheim yang menekankan pentingnya pendidikan dalam memperkuat solidaritas sosial, hingga Max Weber yang menghubungkan pendidikan dengan perkembangan rasionalitas modernitas, dan Karl Marx yang melihat pendidikan sebagai alat reproduksi struktur kelas dalam masyarakat kapitalis. Namun, pandangan Paul Johnson menawarkan pemahaman yang unik, yaitu pendidikan sebagai refleksi dualisme yang melanda masyarakat.
Meskipun teori sosiologi klasik telah ada selama beberapa dekade, relevansinya dalam konteks pendidikan modern tetap kuat. Konsep-konsep seperti solidaritas sosial, reproduksi sosial, dan struktur kelas tetap menjadi kerangka yang bermanfaat untuk memahami dinamika pendidikan saat ini. Namun, penting untuk menyadari bahwa konteks sosial dan budaya telah berubah sejak teori-teori tersebut pertama kali diusulkan, sehingga perlu adaptasi dan penyesuaian dalam aplikasinya.
Konsep Dualisme dalam Pendidikan
Johnson menyoroti bahwa pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sebagai arena pertempuran antara kekuatan-kekuatan yang bertentangan dalam masyarakat. Dualisme, menurut Johnson, mencakup perbedaan dan konflik yang melekat dalam struktur sosial, dan pendidikan menjadi medan di mana dualisme tersebut tercermin secara nyata.
Pertama, Johnson menyoroti dualisme antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif dalam pendidikan. Di satu sisi, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu, memungkinkan setiap individu untuk mencapai prestasi dan kesuksesan pribadi. Namun, di sisi lain, pendidikan juga dimaksudkan untuk menciptakan warga yang patuh, sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh masyarakat.
Selain itu, dualisme juga tercermin dalam praktik pendidikan formal dan non-formal. Misalnya, dalam kurikulum formal, ada tekanan antara pencapaian individu dan pengembangan keterampilan sosial. Di sisi lain, dalam lingkungan keluarga, ada konflik antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan modernitas.
Implikasi Dualisme dalam Praktik Pendidikan
Dalam konteks pendidikan formal, dualisme ini tercermin dalam berbagai kebijakan dan praktik. Misalnya, sistem evaluasi yang berorientasi pada pencapaian individu, seperti ujian standar, dapat bertentangan dengan upaya untuk mendorong kerjasama dan solidaritas di antara siswa. Di samping itu, kurikulum yang didesain untuk mempromosikan nilai-nilai yang dianggap penting oleh masyarakat dapat mengorbankan kebebasan individual untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri.
Namun, dualisme ini tidak hanya terbatas pada pendidikan formal. Johnson juga menunjukkan bahwa dualisme ini termanifestasi dalam berbagai aspek pendidikan non-formal dan informal. Misalnya, dalam lingkungan keluarga, ada dualisme antara nilai-nilai tradisional yang diteruskan dari generasi ke generasi, dan nilai-nilai yang dihadapi oleh individu dalam interaksi dengan dunia luar.
Peran guru menjadi krusial dalam mengelola dualisme ini. Sebagai mediator antara individu dan masyarakat, guru dihadapkan pada tantangan untuk mendukung perkembangan individu siswa sambil juga mengintegrasikan mereka ke dalam struktur sosial yang lebih luas. Ini membutuhkan keseimbangan yang halus antara memberikan ruang bagi ekspresi individual dan memperkenalkan siswa pada nilai-nilai kolektif.
Pendekatan pedagogis yang diadopsi oleh guru juga dapat mempengaruhi bagaimana dualisme ini dimediasi dalam kelas. Sebagai contoh, pendekatan yang lebih kolaboratif dan berbasis proyek dapat memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri sambil juga menghargai kerjasama dan keberagaman. Di sisi lain, pendekatan yang lebih otoriter dapat menekankan kepatuhan terhadap aturan dan struktur yang ada.
Membaca Pendidikan melalui Lensa Dualisme
Pendidikan, dalam perspektif Paul Johnson, bukanlah entitas tunggal yang berdiri sendiri, tetapi refleksi dari dualisme yang melanda masyarakat. Melalui dualisme ini, kita dapat memahami kompleksitas hubungan antara individu dan masyarakat, serta peran pendidikan dalam membentuk dan mereproduksi struktur sosial. Dengan memahami dualisme ini, kita dapat lebih kritis terhadap berbagai kebijakan dan praktik pendidikan yang mungkin memperkuat ketimpangan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat. Lebih dari itu, kita juga dapat mengembangkan pendekatan pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, yang mengakui dan menghargai keragaman individu sambil juga mempromosikan nilai-nilai kolektif yang mendorong solidaritas sosial.
Penulis : Hanif Syairafi Wiratama