Gen Kecerdasan Anak Dari Seorang Ibu Dalam Perspektif Islam
Anak merupakan aset berharga bagi bangsa dan negara karena ia calon generasi penerus bangsa di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan sejak dini kini harus mendapatkan perhatian serius, khususnya dalam hal kecerdasan (Intelligence). Hal tersebut menjadi fondasi untuk mereformasi pendidikan di masa selanjutnya, selain itu juga sebagai potensi yang cukup besar bagi bangsa Indonesia ketika kondisi perkembangan anak diperhatikan secara baik.
Dengan demikian, tumbuh kembang anak memerlukan pembinaan sejak dini, termasuk dalam aspek tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, kepribadian, maupun sosial.
Secara umum, istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) merupakan aspek berkesinambungan yang memiliki pengertian sama yaitu, sama-sama mengalami sebuah proses perubahan. Perkembangan berasal dari kata “kembang” yang dapat disebut sebagai bagian dari tanaman, yang mengacu pada proses perubahan psikis yang terjadi pada diri manusia.
Perubahan dalam perkembangan ini bersifat kualitatif yang mencakup aspek peningkatan kapasitas, kedewasaan individu, intelegensi atau kognitif, bahasa, sosial dan emosi serta moral dan agama. Konsekuensi perkembangan pada manusia adalah berlangsungnya dalam berbagai fase secara berurutan di kehidupannya.
Pertumbuhan pada setiap individu manusia merupakan proses yang memiliki kesinambungan sejak masa konsepsi dan terus berlangsung hingga dewasa. Perkembangan anak dapat dikatakan jika telah melewati proses pencapaian kedewasaan pada tahap pertumbuhan.
Tercapainya tumbuh kembang anak secara optimal tergantung pada potensi biologik seseorang yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biologis, fisik, dan psikososial.
Oleh karena itu, tumbuh kembang anak harus diperhatikan bukan sejak lahir melainkan sejak di dalam kandungan seorang ibu, di sisi lain kehidupan awal inilah akan menjadi tonggak perkembangan anak di masa depannya.
Selanjutnya kecerdasan (intelligence) adalah aktivitas mental yang mengarah pada kegiatan bertujuan untuk penyesuaian diri, memilih, dan membentuk lingkungan sesuai dengan kehidupan setiap manusia. Kecerdasan dapat disebut juga kemampuan individu untuk problem solving atau menciptakan sesuatu yang bernilai dalam budaya masyarakat.
Terkait narasi tersebut, dapat dikatakan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang mana mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, meskipun cara yang dilakukan berbeda-beda.
Gen kecerdasan pada anak juga dapat melalui peran seorang ibu dalam proses mendidik dan membesarkan, salah satunya dengan pemberian ASI sejak baru lahir. ASI seorang ibu telah mendapat validasi serta dapat meningkatkan kecerdasan seorang anak. Peningkatan kecerdasan dapat disebabkan dari kandungan nutrisi ASI dan jarak waktu pemberian ASI.
Menurut penelitian, aspek kecerdasan terletak pada interaksi ibu dan bayi serta kandungan dari ASI sangat bermanfaat dalam pembentukan sel-sel otak bayi dan mempercepat sampainya stimulus dari organ reseptor otak sehingga muncul respon dalam waktu cepat.
Dalam perspektif Islam juga mendorong kepada para ibu untuk berikhtiyar memberikan ASI karena pada dasarnya mendapatkan ASI adalah hak anak. Begitu pentingnya ASI bagi anak sehingga dalam keadaan tertentu di mana ibu tidak dapat menyusui anaknya, dengan melalui musyawarah ibu bersama suami dapat memilih untuk mencari ibu susuan (murdli’ah) yang dapat menyusui anaknya.
Adapun dukungan agama terhadap pemberian ASI ditegaskan sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Q.S Al Baqarah ayat 233:
وَالْوَالِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ
Artinya: “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna”
Terkait kandungan ayat diatas merupakan perintah yang kuat bahkan bersifat wajib kepada para ibu agar menyusukan anak-anaknya. Makna ayat Al-Qur’an tersebut sangat relevan dengan penemuan bidang sains modern.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kandungan ASI terdapat banyak sekali zat yang tidak ditemukan secara alami pada susu formula, seperti kandungan Taurin, DHA, dan AA. Selain zat itu, ada Lactobacillus bifidus yang berperan penting dalam proteksi saluran pencernaan bayi.
Bukti lain yang menekankan bahwa penyusuan tidak hanya penting untuk dilakukan karena kandungan alami, melainkan dianjurkan juga dilakukan selama dua tahun karena berhubungan erat dengan keoptimalan perkembangan otak anak pada periode dua tahun setelah kelahiran.
Selain terdapat dalam Al-Qur’an, Rasulullah pun memberikan apresiasi kepada ibu yang mau menyusui bayinya, sebagaimana tercantum dalam hadist berikut ini:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memperoleh beberapa orang tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang perempuan dan ia mencari bayinya dalam kelompok tawanan itu, maka ia mengambil dan membuainya serta menyusuinya. Melihat hal itu Rasulullah Saw, bertanya kepada kami: “menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api?” Kami menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut. Lalu Rasulullah bersabda: “Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya.” (Hadist Riwayat Muslim).
Berdasarkan hadist di atas, dapat memberikan gambaran bahwa Allah SWT memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada para ibu karena kasih sayangnya kepada anak yang diwujudkan antara lain dengan menyusui.
Ajaran tersebut yang menunjukkan bahwa Islam memuliakan para ibu yang sedang dalam masa menyusui adalah dengan memberikan keringanan (rukhshah) untuk dapat tidak menjalankan puasa Ramadhan dan tidak perlu mengganti dengan puasa (qadla’) di luar bulan Ramadhan, akan tetapi cukup mengganti dengan membayar fidiyah. Keringanan ini diberikan oleh Islam karena ibu menyusui digolongkan pada orang dalam kondisi berat untuk berpuasa.
Selain gen kecerdasan dari seorang Ibu, tentu dari pengaruh kehidupan keluarga sangat penting bagi perkembangan seorang anak yang disebut faktor hereditas. Faktor hereditas dikenal dengan istilah nature, merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orang tua secara biologis.
Maka, faktor tersebut dapat dikategorikan pemberian biologis sejak lahir. Istilah nature berkaitan dengan alam, hal ini ditinjau dari perkembangan manusia secara kodrat atau alamiah. Gen merupakan unit pewarisan dari perkembangan yang tetap diturunkan dari generasi ke generasi untuk menentukan setiap individu.
Terkait pernyataan diatas, bahwa kecerdasan yang dimiliki orang tua akan menurun pada anak-anaknya, hal ini dapat dikatakan anak yang cerdas dihasilkan dari orang tua yang cerdas pula. Dalam perspektif kajian Islam mengatakan kemampuan merupakan bawaan yang sering disebut sebagai fitrah.
Artinya, aspek penciptaan yang diberi potensi dasar dan kecenderungan murni pada setiap manusia sejak keberadaannya, di antara fitrah dasar yaitu, beragama tauhid, keadilan, harta, benda, dan lain-lain.
Penulis: Nur Annisa Fitria
Editor: Redaksi