Keutamaan Beramal Shaleh
Syaikh Abdurrahman as Sa’di dalam Tafsir Taisiru Karimir Rahman mengatakan, “Amalan yang baik dinamakan amal shalih, karena dengan sebab amal shalih, keadaan urusan dunia dan akhirat seorang hamba Allah akan menjadi baik, dan akan hilang seluruh keadaan- keadaannya yang rusak. Dengan amalan yang baik tersebut, seseorang akan termasuk golongan orang shalih yang pantas bersanding dengan Allah Yang Maha Pengasih di dalam surga-Nya”.
Suatu amalan dalam agama islam dikatakan sebagai amal shalih apabila terpenuhi di dalamnya dua syarat, yaitu Ikhlas karena Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam dalam hal sebab, jenis, kadar jumlah, tata cara, waktu, dan tempat.
Maka sebagai contoh misalnya kita shalat subuh, sudah ikhlas, dan karena sedang semangat maka kita melaksanakan shalat subuh 4 rakaat, maka apa ini bisa disebut amal shalih?. Tentu tidak, karena tidak melakukan sesuai yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun dia sangat ikhlas melakukannya. Begitu pula dalam amalan ibadah mahdhah yang lain maka kita harus kroscek lagi, sudah sesuai tuntunan atau belum?.
Contoh lain, dia melakukan ibadah yang sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia sedekah kepada anak yatim, tapi di dalam hatinya ada niat agar dilihat orang lain atau biasa disebut dengan istilah riya’. Maka apa ini juga bisa disebut amal shalih?, tentu tidak juga, meskipun sudah sesuai dengan yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan.
Maka dua syarat ini harus terkumpul agar bisa menjadi amal shalih, dan tidak merugi sebagaimana yang Allah firmankan,
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَة
“Dia beramal susah payah, namun dijebloskan ke neraka hamiyah yang sangat panas.”(Al-Ghasyiyah 3-4)
Syaikh As-Sa’di menjelaskan tafsir ayat di atas, yakni mereka yang dijebloskan ke neraka adalah para ahli ibadah ketika berada di dunia beramal dengan amalan yang banyak, tapi karena syaratnya tidak dipenuhi, maka ibadah dan amalan tersebut menjadi debu yang beterbangan (sia-sia). Dan akhirnya mereka dijebloskan ke dalam neraka. Naudzubillah
Apabila kita sudah mengetahui bagaimana agar amalan kita bisa dinamakan amal saleh yang diterima oleh Allah ta’ala, maka selanjutnya kita bisa lihat motivasi dan keutamaan yang Allah berikan bagi orang-orang beriman dan beramal shalih, Allah berfirman (yang artinya),
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. An-Nuur: 55-56)
Dari ayat diatas dapat diambil beberapa faidah
- Ayat ini mendorong kita untuk beriman dan beramal saleh.
- Orang yang beriman dan beramal saleh dijanjikan: Allah sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. Allah angkat derajat mereka di atas muka bumi. Sebagaimana yang telah Allah berikan kepada umat terdahulu.
- Allah janjikan keamanan bagi mereka yang beramal saleh, yang sebelumnya dia dalam ketakutan menjadi aman sentosa.
- Allah memberikan limpahan rahmat kepada mereka yang beramal saleh.
Tentu manfaat dan keutamaan amal ibadah lebih dari faidah yang disampaikan yang disarikan dari ayat di atas, masih banyak yang lain, seperti kita akan diridhoi Allah dan dimasukkan ke surga Allah yang penuh kenikmatan, diridhoi oleh Allah, diberi ketenangan hidup di dunia dan di akhirat, dan masih banyak lagi.
Penulis : Eko Sumardianto