Implementasi E-Learning dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Era Digital
Di tengah derasnya arus transformasi digital, pembelajaran Al-Qur’an tak lagi hanya terjadi di depan papan tulis, majelis, atau ruang kelas pesantren. Teknologi membuka pintu baru yakni E-Learning, merupakan cara belajar yang memadukan perangkat elektronik, internet, materi multimedia, serta interaksi jarak jauh antara guru dan murid. Bagi banyak orang, terutama keluarga urban dan perantau, e-learning menjadi jembatan penting agar hubungan dengan Al-Qur’an tidak putus karena keterbatasan waktu atau lokasi.(Wahid dkk., 2025)
Menurut penelitian mengenai “Sistem Informasi Pembelajaran Al-Qur’an Berbasis E-Learning” yang menggunakan model R&D ADDIE, ditemukan bahwa sistem tersebut meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa dalam belajar Al-Qur’an.(Fachrudin, 2024)
Mengapa E-Learning Relevan untuk Pembelajaran Al-Qur’an
Beberapa alasan membuat e-learning sangat cocok untuk pendidikan Al-Qur’an.
- Aksesibilitas: siapa pun bisa mengakses kelas dari jarak jauh, termasuk yang tinggal di daerah terpencil atau di luar negeri.
- fleksibilitas waktu: pembelajar bisa memilih sesi sinkron (live) atau memutar ulang materi asinkron sesuai ritme belajarnya.
- variasi media audio, video, animasi, modul interaktif mempermudah penjelasan aspek teknis seperti tajwid dan makhraj yang selama ini sulit ditangkap hanya lewat teks.
- Meningkatkan motivasi dan keterlibatan belajar : Platform digital sering menggunakan sistem gamifikasi, seperti poin hafalan, sertifikat, dan level bacaan.
Fitur-fitur ini membuat proses belajar lebih menyenangkan dan menantang bagi anak maupun dewasa.(Sukmaningtyas dkk., 2024)
- Monitoring dan evaluasi otomatis : E-learning memungkinkan guru dan orang tua memantau perkembangan hafalan dan bacaan peserta secara real-time melalui sistem digital.
Data kemajuan belajar dapat diukur secara objektif misalnya jumlah ayat yang dihafal atau kesalahan tajwid yang sering muncul.
- Solusi pembelajaran saat kondisi darurat: Selama pandemi COVID-19, e-learning menjadi penyelamat agar kegiatan belajar Al-Qur’an tetap berjalan meski tanpa tatap muka.
Banyak lembaga tahfiz, madrasah, dan sekolah Islam menggunakan Zoom, Google Meet, atau LMS seperti Moodle untuk menggantikan halaqah konvensional.
- Sarana dakwah digital yang menjangkau generasi muda: Generasi muda kini tumbuh dalam ekosistem digital. Menghadirkan pembelajaran Al-Qur’an dalam bentuk aplikasi, media sosial, dan platform daring membuat dakwah lebih relevan dengan gaya hidup mereka.
Contoh lain, penelitian “Metode Pembelajaran Al-Qur’an Berbasis Digital Learning” menunjukkan bahwa media digital sebagai alternatif belajar Al-Qur’an menawarkan kelebihan signifikan dalam akses dan fleksibilitas, meskipun menghadapi tantangan infrastruktur.(Hastani, 2023)
Bentuk-bentuk Implementasi E-Learning Al-Qur’an
Implementasi e-learning untuk Al-Qur’an sangat beragam. Ada kelas live one-on-one via video conference (umumnya untuk tajwid dan talaqqi), platform pembelajaran terstruktur (modul bertingkat, kuis, tracking hafalan), hingga aplikasi mobile yang memakai fitur audio-visual dan speech recognition untuk membantu koreksi bacaan.
Menurut riset “Study Analysis of the Effectiveness of Using the Digital Al-Qur’an among College Students in the Dimensions of Globalization Flow” mendapati bahwa penggunaan Al-Qur’an digital meningkat interaksi dan motivasi mahasiswa terhadap Al-Qur’an.(Husaeni dkk., 2021)
Manfaat Nyata E-Learning Al-Qur’an Bukan Sekadar Tren
- Dari sisi praktis, e-learning membantu mempercepat literasi baca Al-Qur’an karena murid dapat mendengar bacaan model berkualitas (qāri’) berulang kali, menonton demonstrasi makhraj, serta mengunggah rekaman bacaan untuk dikoreksi guru.
- Platform dengan fitur tracking hafalan menurut memungkinkan guru dan orang tua memantau perkembangan secara kuantitatif mendorong disiplin dan target yang lebih jelas.(Rizky dkk., 2024)
Tantangan dan Hambatan dalam Implementasi
Meski memiliki banyak keunggulan, e-learning akan menghadapi sejumlah tantangan. Di beberapa daerah, keterbatasan akses internet dan perangkat masih menjadi penghambat utama. Selain itu, kualitas konten dan tutor daring masih berbeda-beda tidak semua pengajar memiliki kompetensi pedagogis maupun tajwid yang memadai. Karena belajar Al-Qur’an bukan hanya soal kemampuan membaca, tapi juga soal adab, akhlak, dan hubungan batin antara guru dan murid. melalui layar, sentuhan spiritual seperti doa, teladan, dan keberkahan majelis ilmu sulit dirasakan secara penuh. Belajar lewat gawai sering kali terganggu oleh notifikasi media sosial, game, atau aplikasi lain. Kondisi ini dapat menurunkan konsentrasi dan kualitas hafalan. Oleh karena itu, pengawasan dari guru dan orang tua tetap dibutuhkan, meskipun ada teknologi pengenal suara, tapi tetap sulit menggantikan kepekaan telinga guru dalam memperbaiki detail bacaan. Beberapa kesalahan tajwid halus hanya bisa diperbaiki lewat bimbingan langsung.(Nurrohim, 2019)
E-learning memang membawa banyak manfaat besar bagi dunia pendidikan Al-Qur’an. Namun, tantangannya ada pada bagaimana teknologi digunakan bukan untuk menggantikan guru, melainkan memperkuat perannya. Solusi terbaik adalah menggabungkan sistem e-learning dengan pembelajaran tatap muka (blended learning). Dengan begitu, peserta didik tetap mendapatkan fleksibilitas digital sekaligus kedalaman spiritual dari bimbingan langsung. Teknologi hanyalah alat,ruh dari pendidikan Al-Qur’an tetaplah keikhlasan, kedisiplinan, dan hubungan hati antara murid dan guru.(Salam dkk., 2024)
Sebuah studi “E-Learning System dalam Pembelajaran al-Islam Kemuhammadiyahan pada Pendidikan Tinggi” menemukan bahwa pembelajaran daring belum sepenuhnya efektif karena banyak mahasiswa salah paham materi dan interaksi yang terbatas.
Strategi dan Praktik Baik untuk E-Learning Al-Qur’an
Berikut beberapa cara agar e-learning menjadi sarana dakwah dan pendidikan yang efektif:
- Kualitas konten & tutor: Pastikan materi disusun oleh pengajar yang kompeten dan divalidasi sesuai kaidah tajwid serta metode pembelajaran Al-Qur’an yang baik.
- Blended learning: Kombinasikan sesi daring dengan tatap muka berkala untuk menjaga nuansa spiritual dan koreksi bacaan yang mendalam.
- Evaluasi & monitoring digital: Gunakan platform dengan sistem pelacakan hafalan dan evaluasi otomatis agar kemajuan murid terukur.
- Materi offline: Sediakan materi yang bisa diunduh agar murid tetap bisa belajar tanpa koneksi internet stabil.
- Pelatihan literasi digital untuk guru Qur’an: Guru harus dibekali keterampilan teknis dan pedagogis untuk mengajar secara daring.
Menurut riiset “Pengembangan e-Tahsin sebagai e-learning pada Program LQA Rumah TahfidzQu Yogyakarta” menunjukkan bahwa e-learning Qur’an yang dikembangkan secara R&D terbukti efektif untuk pembelajaran Tahsin.(Rifai & Sofyan, 2018)
Penutup
E-learning membuka peluang besar bagi penyebaran ilmu Al-Qur’an di era modern. Dengan desain yang tepat penguatan kualitas konten, peningkatan literasi digital guru, serta keseimbangan antara aspek teknis dan spiritual pembelajaran Al-Qur’an berbasis teknologi dapat menjadi media dakwah yang efektif, inklusif, dan berkelanjutan.
Teknologi bukan pengganti guru, melainkan mitra dakwah yang memperluas cahaya Al-Qur’an menembus batas ruang dan waktu.
Referensi
Fachrudin, Y. (2024). Sistem Informasi Pembelajaran Al-Qur’an Berbasis E-Learning. Jurnal Sistem Informasi, 11(1). https://doi.org/10.51998/jsi.v11i1.579
Hastani, H. (2023). Metode Pembelajaran Al-Qur’an Berbasis Digital Learning. Al Ghazali, 6(1), 115–131. https://doi.org/10.52484/al_ghazali.v6i1.403
Husaeni, F., Arifin, Z., Rukajat, A., & Santosa, F. (2021). Study Analysis of the Effectiveness of Using the Digital Al-Quran among College Students in the Dimensions of Globalization Flow. Atthulab: Islamic Religion Teaching and Learning Journal, 6(1), 26–40. https://doi.org/10.15575/ath.v6i1.12921
Nurrohim, A. (2019). Al-Tarjih fi Al-Tafsir: Antara Makna Al-Qur’an dan Tindakan Manusia. HERMENEUTIK, 12(1), 93. https://doi.org/10.21043/hermeneutik.v13i2.6385
Rifai, A. I., & Sofyan, H. (2018). Pengembangan e-tahsin sebagai e-learning pada program learning qur’an for all (LQA) Rumah Tahfidzqu Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, 5(1), 26–37. https://doi.org/10.21831/jitp.v5i1.12718
Rizky, M. A., Nurrohim, A., Amanu, M., & Marzuqi, A. Z. (2024). Development of a Qur’an Memorization Method with 3T for Male Students at the Rumah Qur’an Blumbang, Purbalingga. Proceeding ISETH (International Summit on Science, Technology, and Humanity), 2535–2539. https://doi.org/10.23917/iseth.5304
Salam, M. A., An, A. N., Rhain, A., Azizah, A., Dahliana, Y., & Nurrohim, A. (2024). Challenges of Da’wah Research: Understanding Da’wah Models in The Context of Qur’anic Guidance and Social Change. Journal for Islamic Studies, 7(3).
Sukmaningtyas, A. N. I., Ahmad Nurrohim, Asda Amatullah, Fathimah Salma Az-Zahra, Ammar Muhammad Jundy, Tiffani Lovely, & Muhammad Syahidul Haqq. (2024). Etika Komunikasi Al-Qur’an dan Relevansinya dengan Komunikasi di Zaman Modern. Jurnal Semiotika-Q: Kajian Ilmu al-Quran dan Tafsir, 4(2), 556–576. https://doi.org/10.19109/jsq.v4i2.23981
Wahid, M. N., Nurrohim, A., & Al-Haqqoni, H. (2025). Interpersonal Ethical Principles in the Qur’an: A Contextual Analysis of Social Moral Values in Islamic Scripture.
Penulis: Tsamaroh Nafiah
Editor:Rauuf Bukhari

