ARTIKEL

DAKWAH DI UJUNG JARI : DIGITALISASI DALAM DAKWAH KEISLAMAN

Kemajuan teknologi yang tak terelakan di zaman sekarang memiliki peran penting dalam perubahan pola pikir dan cara pandang seseorang. Teknologi yang berkembang pesat ini bisa menjadi pedang bermata dua, jika dapat memilah dan memilih maka teknologi tersebut akan berdampak baik, begitupun sebaliknya jika tidak memilah dan memilih maka teknologi yang canggih bisa menjadi dampak buruk. Banyak sekali media platfrom online yang dapat digunakan untuk dakwah keislaman, contohnya seperti media sosial, website, dan aplikasi mobile. Lalu bagaimana kita memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut?

Tantangan saring sebelum sharing

Kebebasan menyebarkan informasi di media sosial menjadi salah satu tantangan bagi setiap individu. Banyaknya informasi hoax alias informasi yang sumbernya tidak terverifikasi sangat berbahaya karena dapat menyesatkan atau memecah belah ummat. Seperti yang sedang tranding sekarang tokoh menyebarkan dalil yang tidak bersumber, bahkan tidak sedikit yang menjadi pengikutnya. Oleh karena itu penting bagi setiap muslim untuk berperan dalam dakwah di era digital sekarang.

Adapun landasan dalil untuk menjaga hal tersebut terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 87:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحَرِّمُوا۟ طَیِّبَـٰتِ مَاۤ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوۤا۟ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِینَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepada kamu, dan janganlah kamu melampaui batas Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [Surah Al-Māʾidah: 87]

Ayat diatas menunjukkan pentingnya menjaga batasan batasan Allah baik dalam dunia nyata maupun dunia maya sekarang.

Mengembangkan kreativitas dan interaktifitas

Dibalik tantangan diatas, terbuka peluang yang sangat luas untuk menyebarkan dakwah keislaman melalui beberapa media platfrom online. Dengan mengembangkan kreativitas dan inovasi jangkauan target dakwah menjadi lebih luas dengan menggunakan media tersebut. Misalnya dapat melalui desain grafis visual yang dapat di posting melalui feed Instagram, atau video pendek yang dapat di posting di reels, shorts Youtube, dan Tiktok, atau menyelenggarakan Webinar yang mengangkat tema Keislaman.

Seperti yang telah di jelaskan dalam hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi Nabi Muhammad Shallallhu Alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada manusia lainnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa pentingnya ikut andil berperan dalam berdakwah kepada semua manusia melalui berbagai media, termasuk media digital. Dengan media online yang dapat di akses oleh siapapun, maka setiap muslim memiliki tanggung jawab untuk berandil dalaam menyebarkan ajaran islam yang benar, menjaga keshahihan dalil dalil yang tersebar, dan memiliki akhlak dan etika yang benar dalam berinteraksi online.

Bergabung atau membuat komunitas online

Dakwah dengan menggunakan media online alangkah baiknya untuk bergabung atau membuat komunitas online, karena hal yang perlu diperhatikan dalam dakwah adalah saling menguatkan satu sama lain. Dengan komunitas online ini dapat menjadi penyemangat ketika sedang malas, pengingat ketika ada yang salah, saling sharing pengalaman dalam dakwah, dan untuk berdiskusi tentang ajaran Islam.

Motivasi nasihat para ulama

“jika engkau ingin menulis status tentang dakwah, nasihat, ajakan beribadah atau kalimat yang mengarah pada kebaikan. Niatkanlah niatmu untuk dakwah yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallhu Alaihi Wasallam. Dimasa sekarang masa rusaknya iman, menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pahalanya seperti 100 orang yang mati syahid, Dan setiap huruf yang kita ketik disaksikan langsung Allah Subhanahu Wata’alaa dan sungguh Allah melihat dari niatmu…”

-Habib Umar bin Hafidz-

“Orang yang semangat berdakwah, dan menyebarkan adab tersebut kepada manusia, ia tidak mungkin merekmehkannya. Tapi yang Namanya manusia pasti ada kekurangannya, dan pernah lalai. Tidak disyaratkan orang yang mencegah kemungkaran dan berdakwah kepada Allah Ta’alaa, ia tidak disyaratkan harus sempurna dalam menjalankan aturan agama. Hal tersebut bukanlah syarat Ketika beramar ma’ruf nahi mungkar, ia harus berusaha memperbaiki dirinya dan sekaligus memperbaiki orang lain. Jiwa itu kadang semangat dan kadang malas. Iman itu bertambah dan berkurang. Jikalau berdakwah itu harus otang yang sempurna imannya, maka tidak ada yang boleh berdakwah.”

-Syaikh Abdurrozaq bin Abdul Muhsin Al-Badr-

Penulis : Affan Ghoffar Huroeroh

admin

Islamika Media Group merupakan Lembaga Pers Mahasiswa yang berada di bawah naungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *