KAJIAN BARENG HMP IQT UMS “PERSITIWA YANG TERJADI DI BULAN SYA’BAN”
Bulan Sya’ban merupakan bulan ke-8 dalam kalender Hijriah, sebelum bulan Ramadhan yang merupakan bulan ke-9. Dalam Islam, bulan Sya’ban memiliki beberapa peristiwa yang dikenal, dan Al-Quran juga menyebutkan bulan ini dalam beberapa ayat. Berikut adalah beberapa peristiwa dan ayat Al-Quran yang berkaitan dengan bulan Sya’ban dan Ramadhan:
Peristiwa dalam Bulan Sya’ban:
- Nisfu Sya’ban
Malam Nisfu Sya’ban atau 15 Sya’ban adalah malam yang dipercayai memiliki keistimewaan di kalangan umat Islam. Banyak umat Islam memanfaatkannya untuk beribadah dan berdoa.
2. Persiapan Menuju Ramadhan
Bulan Sya’ban juga sering dijadikan waktu persiapan fisik dan spiritual untuk menyambut bulan Ramadhan. Ini termasuk meningkatkan ibadah, memperbanyak puasa sunnah, dan memperbanyak amal ibadah lainnya.
– Surah At-Taubah (9:36):
“Jumlah bulan dalam pandangan Allah adalah dua belas bulan, menurut ketentuan Allah dalam kitab Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketentuan) agama yang lurus, maka janganlah kamu zalimi dirimu dalam bulan-bulan itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
– Surah Al-Baqarah (2:183)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) beberapa hari yang tertentu; barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain; dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Maka barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasalah kamu, (yaitu) sebagaimana berpuasa orang-orang yang terdahulu dari kalangan kamu agar kamu bertakwa.”
– Surah Al-Baqarah (2:185)
“Bulan Ramadhan itu bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
1. Berpuasa: Beberapa umat Islam memilih untuk berpuasa sebagian atau seluruh bulan Sya’ban sebagai persiapan menyambut bulan Ramadan. Puasa ini disunahkan oleh beberapa ulama.
2. Nuzulul Quran: Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada bulan ramadhan adalah “Nuzulul Quran” atau turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Pada malam Nuzulul Quran ini, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah, membaca Al-Quran, dan berdoa.
3. Malam Nisfu Sya’ban: Umat Islam juga merayakan malam Nisfu Sya’ban, yang jatuh pada pertengahan bulan Sya’ban. Malam ini dianggap sebagai malam penuh berkah dan ampunan, di mana dosa-dosa diampuni dan takdir seseorang ditetapkan untuk tahun berikutnya. Umat Islam dianjurkan untuk melakukan ibadah, berdoa, dan memohon ampunan.
4. Meningkatkan Amal Saleh: Bulan Sya’ban juga merupakan waktu yang baik untuk meningkatkan amal saleh, seperti sedekah, berbuat baik kepada sesama, dan memperbanyak ibadah. Hal ini sebagai persiapan menyambut bulan Ramadan, bulan penuh berkah yang sebentar lagi akan tiba.
5. Memperbanyak Istighfar: Umat Islam juga dianjurkan untuk memperbanyak istighfar (memohon ampunan) di bulan Sya’ban, sebagai upaya membersihkan diri dari dosa-dosa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ramadhan itu panas terik membakar, Orang2 terdahulu itu melakukan pengelompokan2 untuk mencari air .
Bulan syaban untuk prepare menghadapi Ramadhan, Bulan rajab itu bulan untuk menanam,bulan syaban itu untuk mengakhiri,bulan ramadhan itu untuk memanen
Q.s al baqarah :183
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Tatattaqun huruf tarajji yaitu pengharapan yg akan diperoleh dengan syarat dia berusaha
Al baqarah :184
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْن
Artinya: (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Salah satu momen bersejarah dalam sejarah Islam adalah perubahan arah kiblat, yaitu arah yang dijadikan rujukan oleh umat Muslim ketika melaksanakan ibadah salat. Awalnya, kiblat ditetapkan menghadap Baitul Maqdis di Masjidil Aqsa, kemudian berubah menjadi arah Ka’bah di Masjidil Haram.
Peristiwa ini menjadi sangat penting karena sebelumnya umat Muslim
Nabi Muhammad SAW, sebagai pemimpin umat, dengan sabar menanti perintah Allah SWT untuk mengubah arah kiblat tersebut, Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 144:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ ۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Pergeseran arah kiblat ini tidak hanya sekadar perubahan fisik, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Hal ini menunjukkan kemandirian umat Islam dalam menegakkan ajaran agamanya serta menghilangkan kemungkinan perselisihan dengan umat lain. Keputusan tersebut juga menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah SWT lebih utama daripada pertimbangan politik atau sosial.
Penulis : Tiffany lovely