Syukur di Tengah Krisis: Masyarakat Pasca Bencana Meneladani Makna Al-Qur’an Surat Ibrahim Ayat 7 (Tafsir Al-Mishbah)
Tragedi banjir besar yang melanda Kabupaten Demak pada awal Februari 2025 menjadi salah satu bencana paling berat yang dialami masyarakat setempat dalam beberapa tahun terakhir. Hujan deras yang turun tanpa henti selama beberapa hari menyebabkan tanggul Sungai Wulan jebol dan merendam ratusan rumah warga di beberapa kecamatan. Sawah-sawah yang baru ditanami padi ikut terendam, dan sebagian besar aktivitas ekonomi berhenti total. Banyak keluarga terpaksa mengungsi ke balai desa dengan kondisi seadanya, membawa barang yang masih bisa diselamatkan. (Kompas TV, 2025)
Namun di tengah suasana penuh kesedihan itu, terselip pemandangan yang mengharukan. Alih-alih larut dalam keputusasaan, sebagian besar warga justru menampakkan keteguhan hati yang luar biasa. Mereka tidak berhenti mengucap “Alhamdulillah” meski rumah dan harta benda hilang diterjang banjir. Beberapa pengungsi bahkan masih sempat membantu tetangga yang lebih tua atau anak-anak kecil di lokasi penampungan. Fenomena ini menjadi cerminan bahwa nilai-nilai keagamaan masih hidup kuat di tengah masyarakat.(NU Online, 2025)
Sikap tersebut mengingatkan kita pada firman Allah dalam Surat Ibrahim ayat 7, yang berbunyi:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Ayat ini menjadi pengingat bahwa rasa syukur tidak hanya diucapkan saat bahagia, tetapi justru diuji ketika musibah datang.
Ayat ini mengandung pesan mendalam bahwa rasa syukur bukan hanya muncul ketika seseorang berada dalam keadaan lapang, tetapi justru diuji ketika menghadapi kesempitan dan kehilangan. Dalam konteks masyarakat Demak pasca-banjir, ayat ini seolah hidup dan membumi dalam perilaku mereka sehari-hari. Mereka sadar bahwa di balik bencana selalu ada hikmah dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Salah seorang warga yang diwawancarai media lokal mengungkapkan bahwa meski rumahnya rusak parah, ia masih merasa bersyukur karena seluruh anggota keluarganya selamat.(TV, 2025) Ucapan sederhana seperti itu mengandung makna yang dalam. Ia menunjukkan bahwa keimanan seseorang tidak diukur dari seberapa besar nikmat yang dimiliki, melainkan dari seberapa lapang hati menerima takdir Allah. Dalam situasi sulit sekalipun, masyarakat tetap berusaha mempertahankan sikap sabar dan rasa terima kasih kepada Tuhan.
Dengan demikian, bencana yang semula tampak sebagai ujian berat justru menjadi ladang penguatan iman. Masyarakat Demak memberikan teladan bahwa rasa syukur tidak harus menunggu keadaan membaik. Syukur sejati justru hadir di saat manusia menyadari bahwa hidup dan keselamatan keluarga adalah nikmat yang lebih besar daripada harta duniawi.
Makna Syukur dalam Tafsir Al-Mishbah
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, syukur memiliki tiga dimensi utama: pengakuan hati, pengucapan lisan, dan perbuatan nyata. Artinya, seseorang belum dianggap bersyukur sepenuhnya jika hanya mengucapkan “Alhamdulillah” tanpa menunjukkan tindakan yang mencerminkan rasa terima kasih kepada Allah. Rasa syukur sejati harus diwujudkan dalam sikap dan perbuatan, misalnya dengan menggunakan nikmat yang diberikan Allah untuk membantu sesama atau memperbaiki kehidupan setelah tertimpa musibah.
Dalam konteks masyarakat Demak, bentuk syukur itu tampak nyata. Meski kondisi mereka serba kekurangan, mereka tetap saling menolong dan bergotong royong membersihkan rumah serta memperbaiki masjid yang rusak. Beberapa warga bahkan rela menampung tetangga yang kehilangan tempat tinggal. Ini menunjukkan bahwa rasa syukur telah mendorong mereka untuk berbuat baik kepada sesama, bukan hanya kepada Tuhan.
Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa kata “syakartum” dalam ayat tersebut bukan hanya berarti “berterima kasih”, tetapi juga bermakna “mengakui dan menggunakan nikmat sesuai tujuan yang Allah kehendaki”. Dengan demikian, rasa syukur bukan hanya ucapan lisan, tetapi kesadaran spiritual yang melahirkan tindakan positif. Bila masyarakat mampu menjaga nilai itu, maka janji Allah akan berlaku: nikmat akan ditambah, baik dalam bentuk ketenangan batin, kekuatan iman, maupun rezeki yang tidak disangka-sangka.
Pelajaran Iman dari Masyarakat Demak
Sikap warga pasca-banjir juga memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam secara umum. Mereka membuktikan bahwa rasa syukur bukan hanya milik orang yang hidup berkecukupan, melainkan juga milik mereka yang sedang diuji. Dalam banyak kasus, musibah justru menjadi jalan untuk menemukan kembali makna syukur yang sejati.
Dalam pandangan Islam, musibah bukan sekadar hukuman, melainkan bagian dari proses pendidikan ruhani. Allah ingin mengajarkan bahwa manusia harus tetap berprasangka baik (husnuzan) dan menyadari bahwa setiap ujian pasti mengandung hikmah. Masyarakat Demak memperlihatkan hal itu dengan cara yang sederhana: mereka tetap salat berjamaah di tenda pengungsian, mengaji bersama anak-anak, dan tidak saling menyalahkan. Semua itu adalah bentuk nyata dari keteguhan iman dan rasa syukur yang lahir dari hati.(Quraish Shihab, 2002)
Penutup
Dari peristiwa banjir Demak, kita belajar bahwa syukur tidak hanya diucapkan ketika menerima nikmat, tetapi juga ketika menghadapi kehilangan. Surat Ibrahim ayat 7 mengajarkan bahwa siapa pun yang bersyukur akan selalu mendapat tambahan nikmat, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga ketenangan jiwa. Masyarakat Demak telah memberikan teladan bahwa di tengah kesulitan, manusia masih bisa menemukan kedamaian asalkan hati tetap bersyukur kepada Allah.
Sebagaimana disampaikan Quraish Shihab, “Syukur adalah kunci pengikat nikmat; bila ia terlepas, maka nikmat pun ikut pergi.”(Shihab, 2002) Karena itu, rasa syukur harus terus dijaga agar kita mampu melihat cahaya harapan di balik setiap ujian. Bencana boleh datang, tetapi iman dan rasa terima kasih kepada Allah harus tetap bertahan.
Penulis:Rauuf Bukhari
Mahasiswa Imu Qur’an & Tafsir
Nim:G100230041
Sumber:
Kompas TV. (2025). “Banjir Besar di Demak, Ratusan Rumah Terendam dan Ribuan Warga Mengungsi,.”
NU Online. (2025). “Relawan Ceritakan Ketabahan Warga dalam Menghadapi Musibah Banjir Demak,.”
Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,.
Shihab, Q. (2002). Tafsir Al-Mishbah,. In jilid 6 (p. 153).
TV, K. (2025). Laporan Khusus Pengungsi Banjir Demak, wawancara warga setempat.

