BERANDAFAIOPINIWARTA

REFLEKSI BARET MERAH 2024

Acara Baret Merat yang diadakan oleh IMM Cabang Sukoharjo telah menjadi pengalaman intelektual yang luar biasa dan menantang. Konferensi ini, yang berlangsung di Sukoharjo selama tiga minggu berturut-turut, mengangkat tema tentang studi filsafat dari zaman Yunani Kuno hingga zaman modern. Sebagai peserta, saya tidak hanya menghadapi tantangan dan tekanan, tetapi juga mendapatkan pelajaran berharga yang memperluas pemahaman saya tentang filsafat, argumen, dan keterampilan sosial saya. Saya percaya bahwa investasi tersebut sebanding dengan keuntungan yang akan saya peroleh, meskipun acara ini membutuhkan biaya yang cukup besar, sekitar lima ratus ribu rupiah.

Baret Merat adalah lebih dari sekedar acara pelatihan. Ini adalah tantangan intelektual yang menguji daya tahan dan kemampuan untuk berpikir kritis. Pada awalnya, saya merasa cemas dan ragu menghadapi acara yang tampaknya penuh tuntutan dan berat. Utamanya karena kami harus mengikuti pelatihan dua hari sebelum acara untuk mempelajari teknik mind mapping dan membaca cepat. Meskipun awalnya terasa membingungkan, kedua kemampuan tersebut ternyata sangat membantu mengikuti acara, terutama ketika diminta untuk menganalisis berbagai aliran filsafat yang dibahas.

Filsafat dari Yunani Kuno hingga Post-Modern

Pelajaran filsafat, yang dimulai dengan filsuf Yunani Kuno seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, hingga filsafat kontemporer di era pascamodern, adalah salah satu aspek yang sangat menarik dari acara Baret Merat. Filosofi Yunani Kuno sering dianggap sebagai sumber semua filosofi Barat. Dengan tanya jawabnya yang tajam, Socrates mendorong kita untuk berpikir kritis dan berbicara tentang kebenaran. Aristoteles berfokus pada logika dan etika sebagai dasar moralitas manusia, sementara Plato, murid Socrates, mengembangkan teori bentuk ideal.

Setelah mempelajari dasar-dasar filsafat Yunani, kita akan pergi ke filsafat modern. Di antaranya adalah pemikiran abad pertengahan, yang dipengaruhi oleh agama dan teologi, dan masuk ke era Pencerahan, dengan filsuf seperti Descartes dan Kant yang menekankan rasionalitas dan akal budi. Pada titik tertinggi, kami mempelajari filsafat pascamodern yang menekankan relativisme dan dekonstruksi, dengan figur seperti Nietzsche dan Derrida. Saya memiliki pandangan yang lebih luas tentang bagaimana cara manusia berpikir sepanjang sejarah berkat pengalaman saya dalam perjalanan panjang ini.

Tantangan Berargumentasi di Depan Umum

Berlatih berbicara di depan umum adalah salah satu masalah terbesar yang saya hadapi selama acara ini. Semua peserta diminta untuk mengemukakan pendapat mereka tentang berbagai topik filsafat yang telah mereka pelajari dan menguji pendapat mereka dengan argumen rasional dan logis. Sebagian besar dari kita belum terbiasa berbicara di depan umum dengan pendekatan filosofis yang mendalam, yang membuat proses ini sulit. Meskipun demikian, saya telah memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana membuat argumen yang kuat dan bagaimana dengan rasional dan konstruktif merespon argumen lawan.

Acara ini juga membantu saya berlatih berpikir kritis. Dalam berargumentasi, kami tidak hanya diharuskan untuk mengemukakan pendapat kami, tetapi juga untuk mempertanyakan dan mengkritisi secara tajam perspektif orang lain sambil mempertahankan rasa hormat. Proses ini mengajarkan saya untuk berpikir secara lebih logis dan sistematis saat melihat berbagai masalah.

Kesulitan dan Biaya yang Mahal

Tidak bisa dipungkiri bahwa acara Baret Merat memiliki sisi buruknya. Acara yang panjang dan materi yang sangat padat merupakan salah satu masalah terbesar. Setiap pertemuan memakan waktu hampir sepanjang hari, dan materinya menuntut kita untuk membaca dan memahami karya filsafat yang rumit. Acara ini mungkin tampak seperti menghabiskan banyak waktu dan uang, karena biayanya sekitar 500 ribu. Namun, setelah melewati semua tahapan, saya menjadi sadar bahwa investasi tersebut memiliki banyak keuntungan yang tak terhitung.

Manfaat Sosial dan Relasi

Selain aspek intelektual, salah satu hal yang paling berharga dari acara ini adalah kesempatan untuk membuat hubungan dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Kami bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama dalam filsafat dan pemikiran kritis, serta peserta dari berbagai cabang IMM dari berbagai daerah.

Saya mendapatkan banyak wawasan baru dan lebih memahami berbagai perspektif setelah berinteraksi dengan mereka. Kami tidak hanya berbicara tentang filsafat, tetapi juga saling mendukung, belajar dari satu sama lain, dan berbagi pengalaman. Pengalaman saya selama acara sangat diperkaya oleh proses pembelajaran ini.

Kopi, Snack, dan Belajar Mandiri

Saat kita lelah, acara ini juga menawarkan kopi dan snack yang menyegarkan. Terlepas dari kenyataan bahwa hal itu tampaknya mudah, keberadaan snack dan kopi memberikan dorongan baru bagi kami untuk terus mengikuti setiap sesi yang ada. Waktu istirahat menjadi penting untuk berkumpul, berbagi cerita, dan kembali fokus saat mengerjakan tugas berat.

Belajar mandiri adalah hal lain yang menarik. Selama beberapa sesi, kami diminta untuk mempersiapkan materi atau diskusi secara mandiri, yang mengajarkan saya tentang pentingnya belajar sendiri. Saya sekarang sadar bahwa untuk memahami filsafat secara mendalam, kita tidak hanya harus mengandalkan arahan dari luar, tetapi juga harus mengeksplorasi dan mengkritisi pemikiran seseorang secara mandiri.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, pengalaman Baret Merat mengubah cara saya melihat dunia dan cara saya berpikir. Manfaat yang saya peroleh jauh lebih besar daripada kesulitan dan kesulitan yang saya temui. Saya memperoleh banyak pengetahuan tentang sejarah pemikiran manusia, meningkatkan kemampuan saya untuk berargumentasi, dan memperluas hubungan saya dengan orang lain. Acara ini, meskipun mahal, membuktikan bahwa pendidikan filosofis tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memberikan pengalaman hidup yang berharga. Saya bersyukur telah memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam acara ini, yang telah memperluas wawasan saya dan memberi saya pengetahuan tentang pentingnya berpikir kritis, mandiri, dan berani berbicara di depan umum.

Penulis: Azhar Ardiansyah Al Aziz, Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam
Editor: Hanif Afansa Cahya

admin

Islamika Media Group merupakan Lembaga Pers Mahasiswa yang berada di bawah naungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *