Krisis Iklim dan Tanggung Jawab Publik: Memahami Dampak dan Mengambil Tindakan
Pengaruh perubahan iklim telah menjadi topik yang semakin mendesak di era modern ini. Sebagai negara kepulauan dengan keanekaragaman ekosistem yang kaya, Indonesia terkena dampak langsung dari perubahan iklim global. Dalam kepenulisan ini, kita akan mengulas dampak perubahan iklim di Indonesia serta upaya yang dapat dilakukan untuk membangun kesadaran publik akan perubahan tersebut. Dengan data terakhir yang tercatat dari BMKG dan IPCC, Secara total, 63,37% wilayah Indonesia mengalami curah hujan sedang, 28,23% berkategori tinggi hingga sangat tinggi, dan 8,40% berkategori rendah. Jika dilihat dari sifat curah hujannya, 37,60% wilayah Indonesia mengalami curah hujan di bawah normal (BN), 34,37% di atas normal (AN), dan 28,03% normal (N). Selama bulan Februari-Maret 2024 92 dari 7.600 observasi. titik-titik tersebut memiliki kejadian curah hujan ekstrim, (>150 mm per hari).
Fenomena perubahan iklim yang masif membuat bumi rentan terhadap berbagai ancaman yang mengancam kehidupan manusia, mulai dari intensitas bencana alam yang begitu besar hingga. Sayangnya, berbagai permasalahan tersebut belum sepenuhnya teratasi sehingga dapat menimbulkan kekhawatiran bagi generasi mendatang.
Pengaruh Perubahan Iklim di Indonesia
Mengatasi isu perubahan iklim tidak lepas dari sejauh mana respons individu dikaitkan dengan keyakinan individu mengenai penyebab perubahan iklim, air, habitat, hutan, kesehatan. Adila Isfandiari, anggota kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia mengungkapkan “Hal ini menunjukkan bahwa upaya nasional saja tidak cukup dan akan membawa dunia menuju bencana iklim yang lebih serius”
Menurut laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global, yang berkontribusi pada meningkatnya intensitas dan frekuensi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata di Indonesia meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Selain itu, tingkat curah hujan yang tidak teratur juga menjadi tantangan serius bagi sektor pertanian dan keamanan pangan.
Profesor Smith, seorang pakar iklim mengungkapkan, “Perubahan iklim di Indonesia tidak hanya mempengaruhi lingkungan, tetapi juga ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah masalah yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.”
Upaya Membangun Kesadaran Publik
Pada dasarnya pemerintah telah memiliki infrastruktur yang kuat baik dari sisi sistem, regulasi maupun kebijakan untuk menghadapi ancaman perubahan iklim. Namun, permasalahan yang harus dibenahi saat ini adalah adanya individu-individu yang berperan aktif dalam menghasilkan efek nyata melalui perilakunya. Perilaku merupakan sumber terpenting untuk memahami sejauh mana suatu aturan, teknik atau sistem dapat bekerja secara efektif dan baik. Perilaku individu yang tidak dapat beradaptasi dengan teknologi, sistem, atau aturan yang telah diciptakan sebelumnya untuk merespons ancaman perubahan iklim berarti keberadaan infrastruktur regulasi menjadi tidak efektif. Perilaku manusia adalah jawaban yang mengarah pada potensi gelombang massal untuk memaksimalkan hasil melawan ancaman perubahan iklim
Untuk mengatasi dampak perubahan iklim, kesadaran publik menjadi kunci. Tanpa kesadaran yang memadai, upaya mitigasi dan adaptasi akan sulit dilaksanakan dengan efektif. Oleh karena itu, pendidikan dan informasi tentang perubahan iklim perlu disebarkan secara luas kepada masyarakat.
Dalam bukunya yang berjudul “Climate Change and Society: Consequences and Responses”, Profesor Michael Brown menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Ia menulis, “Kesadaran publik adalah kunci untuk merangsang tindakan kolektif yang diperlukan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.”
Untuk mengurangi dampak atau melakukan penanggulangan untuk perubahan iklim dapat di lakukan sedikit demi sedikit, seperti:
1.menghemat penggunaan listrik. Listrik merupakan salah satu sumber panas yang meyumbang pada peningkatan suhu bumi. Jika konsumsi daya pada pembangkit listrik berkurang, maka panas yang akan dihasilkan pun menurun.
2.menghemat penggunaan air.
3.melakukan 5R, Rethink (mengubah pola perilaku produksi dan konsumsi terhadap barang dengan mepertimbangkan kemungkinan untuk mendaur ulang), Reduce (mengurangi penggunaan barang yang digunakan), Reuse (menggunakan kembali barang yang telah digunakan), Recycle (mendaur ulang barang agar mampu dimanfaatkan kembali), Recovery/replace (melakukan penelitian mendalam untuk mengganti material produksi).
4.memanfaatkan energi alam semaksimal mungkin seperti memanfaatkan energy matahari disiang hari untuk menerangi ruangan sehingga mengurangi pemakaian lampu.
5.menggunakan peralatan ramah lingkungan, seperti mengganti kantong plastik dengan menggunakan tas belanja yang tidak berbahan plastik.
6.melakukan kegiatan reboisasi atau penghijauan.
7.Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
Jika langkah-langkah sistematis dan terintegritasi tidak diambil untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim dan memperbaiki kondisi lingkungan lokal dan global, dampak masa depan akan semakin besar dan akan berdampak lebih besar lagi terhadap sulitnya mewujudkan sistem pembangunan berkelanjutan. Dalam menghadai perubahan iklim, penigkatan ketahanan sistem dalam masyarakat untuk mengurangi resiko bahaya perubahan iklim dilakukan melalui upaya adaptasi dan mitigasi.
Adaptasi merupakan tindakan penyesuain sistem alam dan sosial untuk menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim. Namun upaya tersebut akan sulit memberi mandaat secara efektif apabila laju perubahan iklim melebihi kemampuan beradaptasi. Oleh karena itu, adaptasi harus diimbangi dengan mitigasi, yaitu upaya mengurangi sumber agar supaya proses pembangunan tidak terhambat dan tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai. Dengan demikian, generasi yang akan datang tidak terbebani oleh ancaman perubahan iklim secara lebih berat.
Penulis: Syakira
(Sekretaris Bidang Pengembangan Intelektual Dan Keislaman Badan Eksekutif Mahasiswa FAI)
8.mengurangi pemakaian gas aerosol (partikel padat yang ada diudara ataupun dalam