JANGAN LAMPIASKAN AMARAHMU!
Marah itu diredam, bukan dilampiaskan. Kalau kita terbiasa melegakan amarah dengan pelampiasan, maka kelak kita akan lelah saat pelampiasan yang keji sekalipun tak mampu menghilangkan amarah.
Betapa banyak berita-berita menyedihkan ramai di media seperti pembunuhan, bullying, dan lain-lainnya sebagai bentuk pelampiasan amarah, yang berujung dosa dan penyesalan, bahkan termasuk juga merampas hak orang lain yang bisa saja dianggap hutang yang harus dipertanggungjawabkan didunia, yang apabila tidak tercapai maka harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda,
منماتوعليهدَينٌ ، فليسثمدينارٌولادرهمٌ ، ولكنهاالحسناتُوالسيئاتُ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih punya hutang, maka kelak (di hari kiamat) tidak ada dinar dan dirham untuk melunasinya. Namun yang ada hanyalah kebaikan atau keburukan (untuk melunasinya)” (HR. Ibnu Majah no. 2414, disahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 437).
As Sindi Rahimahullah menjelaskan, “Maksudnya, akan diambil kebaikan-kebaikannya, dan akan diberikan kepada si pemberi hutang sebagai ganti dari hutang yang belum terbayar” (HasyiahAs Sindi ‘ala Sunan Ibnu Majah, 2: 77).
Tidak melampiaskan amarah bukan berarti memendam amarah tersebut hingga pada akhirnya meledak dan menjadi dendam yang akan merugikan diri sendiri juga menjadi penyebab terlampiaskannya pada orang lain, namun yang dimaksud disini adalah amarah itu kita usahakan untuk diredam yang berakhir pada memaafkan dan mengikhlaskan apa yang terjadi. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَايَأْتَلِأُولُوالْفَضْلِمِنْكُمْوَالسَّعَةِأَنْيُؤْتُواأُولِيالْقُرْبَىوَالْمَسَاكِينَوَالْمُهَاجِرِينَفِيسَبِيلِاللَّهِوَلْيَعْفُواوَلْيَصْفَحُواأَلَاتُحِبُّونَأَنْيَغْفِرَاللَّهُلَكُمْوَاللَّهُغَفُورٌرَحِيمٌ
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nuur: 22)
Pelajaran penting yang bisa dipetik dari ayat di atas tentang memaafkan:
1. Memaafkan orang lain adalah sebab Allah memberikan ampunan kepada kita.
2. Wajibnya memberikan maaf ketika ada yang mau bertaubat dan memperbaiki diri.
3. Kejelekan tidaklah dibalas dengan kejelekan, balaslah kejelekan dengan kebaikan. Berikanlah maaf kepada orang yang berbuat jelek kepada kita.
4. Memaafkan yang salah berlaku jika yang salah tersebut tahu akan kesalahan dan kezalimannya, ini dianjurkan. Begitu pula ketika dengan memaafkannya, maka akan lebih menyelesaikan masalah dan kita yang mengalah. Namun hal ini tidak berlaku jika yang berbuat zalim terus menerus zalim dan melampaui batas.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda,
مَانَقَصَتْصَدَقَةٌمِنْمَالٍوَمَازَادَاللَّهُعَبْدًابِعَفْوٍإِلاَّعِزًّاوَمَاتَوَاضَعَأَحَدٌلِلَّهِإِلاَّرَفَعَهُاللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkanakan semakin membuatnya mulia. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendahhati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim, no. 2588)
Saat kita berusaha meredam amarah sebagaimana yang Rosulullah ajarkan dalam banyak hadits, seperti beristighfar, membaca taawudz, diam, berwudhu, maka yang kita dapati adalah ketenangan. Dimana ketenangan ini membantu kita untuk berhusnudzon, memberi udzur atau seribu alasan pada orang yang mendzolimi kita, sampai akhirnya kita lebih lapang dada untuk memaafkan, membuat jiwa lebih kuat, tabah dan sabar dalam menghadapi rintangan apapun di kehidupan kita. Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya,
وَالصَّابِرِينَفِيالْبَأْسَاءِوَالضَّرَّاءِوَحِينَالْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَالَّذِينَصَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَهُمُالْمُتَّقُونَ
“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa“. [Al-Baqarah/2 : 177]
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
وَاللَّهُيُحِبُّالصَّابِرِينَ
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar“. [Ali Imran/3 : 146]
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik dari pada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
وَلَنَجْزِيَنَّالَّذِينَصَبَرُواأَجْرَهُمبِأَحْسَنِمَاكَانُوايَعْمَلُونَ
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan“. [An-Nahl/16 : 96]
Ingatlah bahwa semakin sering Allah menguji kita, dengan bersabarlah ujian itu akan menghapus dosa, dan semoga kelak kita kembali kepadaNya dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.Dari Abi Sa’id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahuanhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda. “Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya”.(Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130)
Penulis: Habibah
Prodi: Ilmu Qur’an dan Tafsir
Universitas Muhammadiyah Surakarta